" Terima kasih sudah berkunjung ke blog sederhana ini dan sebagai ungkapan terima kasih, kami akan berikan 1 e-book mengenai usaha gratis untuk anda. Silahkan unduh disini atau disini "
Hakikat Sanggar Bahasa Dan Sastra Indonesia (Peran Pembelajaran Sanggar Bahasa)
Sanggar
bahasa dan sastra Indonesia adalah kegiatan yang mempelajari,
mengkaji, memproduksi, dan mengkreasikan bahasa dan sastra Indonesia dalam
berbagai ragam dan tujuan. Kegiatan yang berkaitan dengan bahasa Indonesia
misalnya majalah sekolah, majalah dinding, penyuntingan bahasa, kepewaraan, dan
pidato. Kegiatan yang berkaitan dengan sastra Indonesia misalnya
apresiasi puisi, apresiasi cerpen, drama radio, dan drama panggung.
Secara garis besar, fungsi sanggar bahasa dan sastra Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua fungsi: (1) sosial dan (2) personal atau individual. Sanggar bahasa dan sastra Indonesia berfungsi sosial: (a) menjadi alat pemersatu warga sekolah, (b) alat berkomunikasi, (c) alat edukatif. Dalam kaitannya dengan fungsi personal individual, sanggar bahasa dan sastra Indonesia berfungsi ekspresif, regulatori, referensial, heuristik, estetik, dan kreatif.
Ada berbagai tujuan sanggar bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan ini meliputi aspek kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). Tujuan ini dibedakan atas jangka pendek dan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah membina siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan aktif dalam mengelola kegiatan bahasa Indonesia, misalnya majalah sekolah, majalah dinding, penyuntingan, kepewaraan, dan pidato. Selain itu, sanggar bahasa dan sastra Indonesia bertujuan untuk membina siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan aktif dalam mengelola kegiatan sastra Indonesia misalnya apresiasi puisi, apresiasi cerpen, drama radio, dan drama panggung.
Tujuan jangka panjang sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah sebagai sarana untuk menumbuhkan kreativitas, jiwa mandiri, kritis siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya).
Sasaran pengelolaan sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah (1) siswa, (2) guru bahasa dan sastra Indonesia, (3) penutur asli bahasa Indonesia, dan (4) pemakai bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.
Ruang lingkup kegiatan sanggar bahasa dan sastra Indonesia meliputi kegiatan produksi dan kreasi bahasa dan sastra Indonesia. Adapun materi sanggar meliputi (1) majalah sekolah, (2) majalah dinding, (3) penyuntingan bahasa, (4) kepewaraan, (5) pidato, (6) apresiasi puisi, (7) apresiasi cerpen, (8) drama radio, dan (9) drama panggung.
Kegiatan Belajar 2:
Secara garis besar, fungsi sanggar bahasa dan sastra Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua fungsi: (1) sosial dan (2) personal atau individual. Sanggar bahasa dan sastra Indonesia berfungsi sosial: (a) menjadi alat pemersatu warga sekolah, (b) alat berkomunikasi, (c) alat edukatif. Dalam kaitannya dengan fungsi personal individual, sanggar bahasa dan sastra Indonesia berfungsi ekspresif, regulatori, referensial, heuristik, estetik, dan kreatif.
Ada berbagai tujuan sanggar bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan ini meliputi aspek kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). Tujuan ini dibedakan atas jangka pendek dan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah membina siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan aktif dalam mengelola kegiatan bahasa Indonesia, misalnya majalah sekolah, majalah dinding, penyuntingan, kepewaraan, dan pidato. Selain itu, sanggar bahasa dan sastra Indonesia bertujuan untuk membina siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan aktif dalam mengelola kegiatan sastra Indonesia misalnya apresiasi puisi, apresiasi cerpen, drama radio, dan drama panggung.
Tujuan jangka panjang sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah sebagai sarana untuk menumbuhkan kreativitas, jiwa mandiri, kritis siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya).
Sasaran pengelolaan sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah (1) siswa, (2) guru bahasa dan sastra Indonesia, (3) penutur asli bahasa Indonesia, dan (4) pemakai bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.
Ruang lingkup kegiatan sanggar bahasa dan sastra Indonesia meliputi kegiatan produksi dan kreasi bahasa dan sastra Indonesia. Adapun materi sanggar meliputi (1) majalah sekolah, (2) majalah dinding, (3) penyuntingan bahasa, (4) kepewaraan, (5) pidato, (6) apresiasi puisi, (7) apresiasi cerpen, (8) drama radio, dan (9) drama panggung.
Kegiatan Belajar 2:
Aktivitas Produktif dan Kreatif dalam Sanggar Bahasa
dan Sastra Indonesia
Aktivitas
produktif dan kreatif merupakan ciri khas sanggar bahasa dan sastra Indonesia.
Aktivitas produktif dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia mengharuskan
adanya aktivitas yang menghasilkan karya bahasa dan sastra Indonesia.
Hasil ini harus bermanfaat baik bagi diri siswa, guru, kepala sekolah, pegawai
sekolah, maupun masyarakat pada umumnya. Di dalam sanggar semua yang terlibat
juga harus kreatif.
Orang-orang yang terlibat dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia harus kreatif. Mereka merupakan orang-orang kreatif yang mempunyai ide atau produk kreatif, selalu berproses kreatif dan terlibat dalam lingkungan kreatif.
Sanggar bahasa dan sastra Indonesia dikembangkan berdasarkan beberapa prinsip. Prinsip itu adalah (a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta sanggar dan lingkungannya; (b) beragam; (c) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (d) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (d) menyeluruh dan berkesinambungan; (e) belajar sepanjang hayat.
Dalam pelaksanaan sanggar bahasa dan sastra Indonesia menggunakan beberapa prinsip. Prinsip itu adalah (a) didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta sanggar untuk menguasai potensi yang berguna bagi dirinya; (b) dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar; (c) memungkinkan peserta sanggar mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta; (d) dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta sanggar yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat; (e) dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; (f) dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan secara optimal.
Orang-orang yang terlibat dalam sanggar bahasa dan sastra Indonesia harus kreatif. Mereka merupakan orang-orang kreatif yang mempunyai ide atau produk kreatif, selalu berproses kreatif dan terlibat dalam lingkungan kreatif.
Sanggar bahasa dan sastra Indonesia dikembangkan berdasarkan beberapa prinsip. Prinsip itu adalah (a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta sanggar dan lingkungannya; (b) beragam; (c) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (d) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (d) menyeluruh dan berkesinambungan; (e) belajar sepanjang hayat.
Dalam pelaksanaan sanggar bahasa dan sastra Indonesia menggunakan beberapa prinsip. Prinsip itu adalah (a) didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta sanggar untuk menguasai potensi yang berguna bagi dirinya; (b) dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar; (c) memungkinkan peserta sanggar mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta; (d) dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta sanggar yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat; (e) dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; (f) dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan secara optimal.
Identitas Buku
Judul Buku : Dalam Mihrab Cinta
Nama pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Judul Buku : Dalam Mihrab Cinta
Nama pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit
: Ihwah Publishing
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman : vi + 270 halaman
ISBN : 978-602-98221-4-4
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman : vi + 270 halaman
ISBN : 978-602-98221-4-4
Sinopsis
Syamsul si tokoh utama ialah seorang yang sangat senang dengan tantangan. Sifat itu mendorong ia melanjutkan studi ke pondok pesantren setelah dua tahun lulus SMA. Ia merasa tertantang dengan cerita seorang seniman bahwa belajar di pondok sangat sulit. Syamsul memutuskan masuk ke pondok Al-Huda yang kemudian ia ketahui pondok itu milik ayah seorang gadis yang telah ia tolong di kereta sebelumnya. Gadis yang menyantri di Pekalongan itu bernama Zizi.Syamsul sangat rajin belajar di pondok sehingga ia bisa menyelesaikan tingkatan-tingkatan dalam pondok lebih cepat. Karena hal itu, Zizi menjadi simpati kepada Syamsul. Melihat sikap Zizi, Burhan yang menaruh perasaan kepada Zizi merasa cemburu. Muncul niat jahatnya untuk menjebak Syamsul, seolah-olah Syamsul adalah pencuri. Akhirnya Syamsul diadili secara masal oleh seluruh santri dan ustadz dengan tuduhan mencuri. Ia dikurung dalam suatu tempat dan tidak kuasa untuk membela diri atas fitnah yang ditudingkan Burhan kepadanya. Berita ini pun sampai pada keluarga Syamsul. Syamsul dikeluarkan secara tidak hormat dari pesantren. Ayahnya sangat marah, Syamsul dihajar oleh kakak- kakaknya. Hanya Ibu dan Nadia, adik perempuanya yang percaya.
Tidak tahan dengan sikap keluarganya, Syasul memutuskan untuk pergi dari rumah. Zizi yang pernah menaruh rasa simpati kepada Syasul sering mengunjungi rumah Syamsul. Suatu hari Syamsul ditangkap polisi karena tuduhan mencopet. Berita ini sampai kepada orang tuanya. Di penjara Syamsul mendapatkan banyak hal. Adik Syamsul yang tidak percaya mendatangi kantor polisi yang diberitakan sebagai tempat Syamsul ditahan. Melihat Syamsul mendekam di penjara Nadia sangat tidak percaya. Syamsul meminta Nadia untuk membebaskannya. Syamsul kemudian bebas. Keika di bus Syamsul kabur. Adiknya tidak kusa mencegah.
Syamsul yang tak membawa bekal apa- apa tinggal di sebuah masjid di Jakarta. Ia merawat masjid tersebut dengan baik. Ironisnya, ia malah semakin sering mencopet dan hasil copetannya sebagian dimasukkan di kotak amal masjid. Setiap kali mencopet selalu ia catat siapa saja korban- korbannya, karena ia berniat suatu saat ia akan mengembalikannya.
Suatu hari Syamsul mencopet dompet seorang gadis cantik yang dia ketahui namanya adalah Silvie. Ia sangat terkejut ketika mendapati foto Silvie bersama Burhan, seorang yang telah membuat hidupnya hancur. Ia kemudian mencari rumah Silvie. Di saat pencariannya, ia justru diminta menjadi guru ngaji pribadi seorang anak yang bernama Della, di situ pula lah dia menemukan Silvie yang kebetulan adalah guru les pribadi Della.
Tujuan utama Syamsul datang ke situ adalah untuk mencari Silvie dan membongkar semua kebejatan Burhan. Maka ketika kesempatan itu ada Syamsul langsung mengatakan semuanya kepada Silvie tentang Burhan yang telah membuat Syamsul dipenjara dan kejahatan- kejahatan lainnya. Bahkan tentang dirinya yang pernah menjadi pencopet. Mendengar cerita itu Silvie sangat terkejut. Ia sulit untuk mempercayai semanya. Ia beranjak meninggalkan Syamsul.
Perasaan simpati Silvie pada Syamsul menjadi kabur, galau. Namun perasaan simpati yang berubah menjadi cinta itu tidak dapat dibohongi lagi. Terlebih lagi kedua orang tuanya juga mendukung. Silvie membatalkan pertunanganya dengan Burhan dan orang tuanya justru melamar Syamsul untuk putri semata wayangnya. Syamsul yang waktu itu sudah menjadi mubaligh muda yang terkenal minta pertimbangan kepada sang bunda dan minta petunjuk kepada Alloh melalui sholat istikharoh. Kemudian Syamsul mengiyakan lamaran Silvie. Mereka berdua akan segera menikah. Naas, tepat satu minggu sebelum pernikahan keduanya, Silvie mengalami kecelakaan dan meninggal seketika. Syamsul sangat terpukul atas kejadian yang menimpanya. Ia tidk mau makan, minum, bahkan berhenti berdakwah. Setelah cukupa Syamsul melakukan itu ibunya semakin tidak tega dan meminta Zizi untuk menghibur putrinya. Cukup lama Zizi memendam rasa cintanya, dan itu buah dari kesabarannya. Akhirnya kakak zizi yang juga kyai di pondok tempat Syamsul mengaji dulu meminta Syamsul untuk mengajar di pesantren sekaligus menjadi pendamping Zizi. Setelah melakukan sholat istikharoh untuk meminta petunju, Syamsul dan Zizi sah menjadi suami isteri.
3. Komentar
Novel tersebut menceritakn bahwa lingkunga mempunyai pengaruh besar untuk membentuk diri seseorang. Pada mulanya tokoh utama hanya difitnah maling oleh rekan belajarnya, kemudian lingkungan mengiyakan hal tersebut, bahkan keluarga yang ia andalkan pun ikut mempercayai fitnah itu. Tokoh utama merasa tidak tahan, kabur dari rumah, dan akhirnya ia menjadi copet sungguhan sampai pernah mendekam di penjara. Namun, ketika lingkungan menganggap di adalah seorang ustad semenjak menjadi guru mengaji seorang anak kecil, maka jadilah ia seorang ustad, bahkan tenar sampai masuk pada program religi sebuah stasiun televisi. Jadi, lingkungan mempunyai peran penting dalam membentuk diri seseorang.
Syamsul si tokoh utama ialah seorang yang sangat senang dengan tantangan. Sifat itu mendorong ia melanjutkan studi ke pondok pesantren setelah dua tahun lulus SMA. Ia merasa tertantang dengan cerita seorang seniman bahwa belajar di pondok sangat sulit. Syamsul memutuskan masuk ke pondok Al-Huda yang kemudian ia ketahui pondok itu milik ayah seorang gadis yang telah ia tolong di kereta sebelumnya. Gadis yang menyantri di Pekalongan itu bernama Zizi.Syamsul sangat rajin belajar di pondok sehingga ia bisa menyelesaikan tingkatan-tingkatan dalam pondok lebih cepat. Karena hal itu, Zizi menjadi simpati kepada Syamsul. Melihat sikap Zizi, Burhan yang menaruh perasaan kepada Zizi merasa cemburu. Muncul niat jahatnya untuk menjebak Syamsul, seolah-olah Syamsul adalah pencuri. Akhirnya Syamsul diadili secara masal oleh seluruh santri dan ustadz dengan tuduhan mencuri. Ia dikurung dalam suatu tempat dan tidak kuasa untuk membela diri atas fitnah yang ditudingkan Burhan kepadanya. Berita ini pun sampai pada keluarga Syamsul. Syamsul dikeluarkan secara tidak hormat dari pesantren. Ayahnya sangat marah, Syamsul dihajar oleh kakak- kakaknya. Hanya Ibu dan Nadia, adik perempuanya yang percaya.
Tidak tahan dengan sikap keluarganya, Syasul memutuskan untuk pergi dari rumah. Zizi yang pernah menaruh rasa simpati kepada Syasul sering mengunjungi rumah Syamsul. Suatu hari Syamsul ditangkap polisi karena tuduhan mencopet. Berita ini sampai kepada orang tuanya. Di penjara Syamsul mendapatkan banyak hal. Adik Syamsul yang tidak percaya mendatangi kantor polisi yang diberitakan sebagai tempat Syamsul ditahan. Melihat Syamsul mendekam di penjara Nadia sangat tidak percaya. Syamsul meminta Nadia untuk membebaskannya. Syamsul kemudian bebas. Keika di bus Syamsul kabur. Adiknya tidak kusa mencegah.
Syamsul yang tak membawa bekal apa- apa tinggal di sebuah masjid di Jakarta. Ia merawat masjid tersebut dengan baik. Ironisnya, ia malah semakin sering mencopet dan hasil copetannya sebagian dimasukkan di kotak amal masjid. Setiap kali mencopet selalu ia catat siapa saja korban- korbannya, karena ia berniat suatu saat ia akan mengembalikannya.
Suatu hari Syamsul mencopet dompet seorang gadis cantik yang dia ketahui namanya adalah Silvie. Ia sangat terkejut ketika mendapati foto Silvie bersama Burhan, seorang yang telah membuat hidupnya hancur. Ia kemudian mencari rumah Silvie. Di saat pencariannya, ia justru diminta menjadi guru ngaji pribadi seorang anak yang bernama Della, di situ pula lah dia menemukan Silvie yang kebetulan adalah guru les pribadi Della.
Tujuan utama Syamsul datang ke situ adalah untuk mencari Silvie dan membongkar semua kebejatan Burhan. Maka ketika kesempatan itu ada Syamsul langsung mengatakan semuanya kepada Silvie tentang Burhan yang telah membuat Syamsul dipenjara dan kejahatan- kejahatan lainnya. Bahkan tentang dirinya yang pernah menjadi pencopet. Mendengar cerita itu Silvie sangat terkejut. Ia sulit untuk mempercayai semanya. Ia beranjak meninggalkan Syamsul.
Perasaan simpati Silvie pada Syamsul menjadi kabur, galau. Namun perasaan simpati yang berubah menjadi cinta itu tidak dapat dibohongi lagi. Terlebih lagi kedua orang tuanya juga mendukung. Silvie membatalkan pertunanganya dengan Burhan dan orang tuanya justru melamar Syamsul untuk putri semata wayangnya. Syamsul yang waktu itu sudah menjadi mubaligh muda yang terkenal minta pertimbangan kepada sang bunda dan minta petunjuk kepada Alloh melalui sholat istikharoh. Kemudian Syamsul mengiyakan lamaran Silvie. Mereka berdua akan segera menikah. Naas, tepat satu minggu sebelum pernikahan keduanya, Silvie mengalami kecelakaan dan meninggal seketika. Syamsul sangat terpukul atas kejadian yang menimpanya. Ia tidk mau makan, minum, bahkan berhenti berdakwah. Setelah cukupa Syamsul melakukan itu ibunya semakin tidak tega dan meminta Zizi untuk menghibur putrinya. Cukup lama Zizi memendam rasa cintanya, dan itu buah dari kesabarannya. Akhirnya kakak zizi yang juga kyai di pondok tempat Syamsul mengaji dulu meminta Syamsul untuk mengajar di pesantren sekaligus menjadi pendamping Zizi. Setelah melakukan sholat istikharoh untuk meminta petunju, Syamsul dan Zizi sah menjadi suami isteri.
3. Komentar
Novel tersebut menceritakn bahwa lingkunga mempunyai pengaruh besar untuk membentuk diri seseorang. Pada mulanya tokoh utama hanya difitnah maling oleh rekan belajarnya, kemudian lingkungan mengiyakan hal tersebut, bahkan keluarga yang ia andalkan pun ikut mempercayai fitnah itu. Tokoh utama merasa tidak tahan, kabur dari rumah, dan akhirnya ia menjadi copet sungguhan sampai pernah mendekam di penjara. Namun, ketika lingkungan menganggap di adalah seorang ustad semenjak menjadi guru mengaji seorang anak kecil, maka jadilah ia seorang ustad, bahkan tenar sampai masuk pada program religi sebuah stasiun televisi. Jadi, lingkungan mempunyai peran penting dalam membentuk diri seseorang.
2.2 Tema
Tema adalah sesuatu yang menjiwai cerita atau sesuatu
yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
Teama yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta adalah
Religi dan Percintaan.
2.3 Alur Cerita
Rangkaian cerita yang disusun secara runtut.
Alur cerita bisa maju maupun mundur.
Alur yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta adalah
alur maju.
2.4 Penokohan
Adalah gambaran sifat/watak tokoh cerita. Berdasarkan sifatnya,
tokoh cerita cerita ada dua, antagonis dan protagonist. Antagonis adalah
tokoh jahat, sedangkan protagonist adalah tokoh yang bersifat baik.
Tokoh-tokoh
yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta adalah
a. Syamsul
- Nekat
Yang terdapat dalam kalimat “Ia tidak mau sama dengan
ayahnya dan kedua kakaknya yang semuanya sukses sebagai pedagang batik. Ia
ingin sukses dijalur yang berbeda. Karena itulah meskipun ayahnya tidak setuju
dengan keputusannya, ia tetap nekat melangkahkan kakinya menentukan takdirnya
sendiri
- Tidak pantang menyerah
Yang terdapat dalam kalimat “Pelajarannya ternyata jauh
lebih sulit. Tetapi ia tidak menyerah”
b. Zizi (Zidna Ilma)
- Baik hati
Yang terdapat dalam kalimat “Saya bukan siapa-siapanya
Syamsul saja percaya Syamsul tidak bersalah”
c. Silvie
- Baik hati
Yang terdapat dalam kalimat “Silvie tidak bisa menolak
keinginan Della. Ia mengangguk sambil tersenyum”
- Keras Kepala
Yang terdapat dalam kalimat “Sungguh saya tidak akan
pulang, saya akan tetap berdiri di depan pintu ini sampai ustadz menyatakan
bersedia”
d. K.H Baejuri
- Adil
Yang terdapat dalam kalimat “Kalaupun ada harta yang
masih ada, cobalah kau musyawarahkan dengan kakakmu Miftah untuk mendermakannya
di jalan Allah”
- Tidak pernah marah
Yang terdapat dalam kalimat “Ia dikenal sebagai ulama
yang tidak pernah marah pada santrinya”
- Lembut
Yang terdapat dalam kalimat “Perkataannya lembut dan
manis, membuat siapa saja suka mendengarnya”
e. Pak Bambang (Ayah Syamsul)
- Pemarah
Yang terdapat dalam kalimat ““Aku sudah tidak percaya
lagi sama anak berengsek iu!” jawab Pak Bambang marah”
- Bijak
Yang terdapat dalam kalimat “Sudahlah, kesaahan yang lalu
jangan terus diungkit. Lebih baik, kita berhati-hati supaya dimasa depan tidak
terjadi kesalahan yang sama. Kita jadikan ini semua sebagai pelajaran berharga”
f. Kiai Miftah
- Ceroboh
Yang terdapat dalam kalimat “Ia sangat menyesal melakukan
tindakan menzalimi orang yang tidak bersalah”
g. Zaim
- Ramah
Yang terdapat dalam kalimat “Syamsul sangat terkesan
dengan sambutan ketua pengurus bernama Zaim itu”
h. Ayub
- Pengertian
Yang terdapat dalam kalimat “Ia merasa yang paling
mengerti keadaannya dan besar perhatian padanya adalah Ayub dari Banjarmasin”
i. Burhan
- Angkuh
Yang terdapat dalam kalimat “Dalam beberapa hal, memang
Burhan Nampak angkuh”
- Pilih-pilih teman
Yang terdapat dalam kalimat “Ia pilih-pilih teman. Hanya
orang-orang yang ia anggap penting dan ia anggap dari golongan sepadan dengan
dirinya yang ia akrabi”
- Pintar mengambil hati
Yang terdapat dalam kalimat “Dia paling pintar
mengambil hati pengurus pesantren”
j. Bu Bambang (Ibu Syamsul)
- Sabar
Yang terdapat dalam kalimat “Hanya saja dalam hati Bu
Bambang berdoa semoga Syamsul anaknya baik-baik saja dan mau pulang kembali”
k. Nadia (Adik Syamsul)
- Baik Hati
Yang terdapat dalam kalimat “itu tidak penting kak. Saya
ingin kakak berubah lebih baik dan Nadia akan selalu menganggap kak Syamsul
sebagai kakak Nadia”
l. Della
- Periang
Yang terdapat dalam kalimat “Dela langsung masuk dengan
berlari dan berteriak “Hore aku punya ustadz pintar nyanyi””
m. Pak Broto
- Baik hati
Yang terdapat dalam kalimat “Pak Broto yang tidak pernah
hitungan kalau membantu”
n. Damayanti
- Penyabar
Terdapat dalam kalimat “Insya Allah tidak mbak, pengalaman
ini akan saya jadikan pelajaran hidup bagi saya, yang artinya Allah masih
sayang sama saya.”
o. Razak (Kakak Syamsul)
- Pemarah
Yang terdapat dalam kalimat ““Kamu itu masih bau kencur.
Tahu apa masalah dunia criminal, Nadia!” sengit Razak”
p. Pak Heru
- Pelit
Yang terdapat dalam kalimat “Hanya saja Pak Heru sedikit
pelit kalau membantu masjid”
q. Dody Alpad
- Baik
Yang terdapat dalam kalimat “Yang menilai kan orang lain
ustadz. Ceramah ustadz bagus kok”
2.5 Latar
Tempat dan waktu terjadinya cerita
· Stasiun Pekalongan
Terdapat dalam kalimat “Becak itu memasuki stasiun
Pekalongan”
· Kereta api
Terdapat dalam kalimat “Pemuda itu sampai di gerbong
empat. Ia mencari tempat duduk no 8C”
· Pesantren Al-Furqan
Terdapat dalam kalimat “Pesantren itu dikelilingi tembok
putih, Syamsul masuk dari gapura utama”
· Kamar khusus para tamu
Terdapat dalam kalimat “Ia beranjak mengikuti Zaim yang
membawanya ke kamar khusus tamu”
· Masjid pesantren Al-Furqan
Terdapat dalam kalimat “Ia ingin merasakan shalat
berjamaah. Masjid tua itu penuh oleh para santri”
· Warung mie godog
Terdapat dalam kalimat “Ia memutuskan untuk makan di
warung itu sambil bertanya banyak hal tentang pemilik warung tentang Al-Furqan”
· Kamar santri
Terdapat dalam kalimat “Syamsul melangkah tenang ke
kamarnya, ia langsung menuju lemari Burhan”
· Gudang
Terdapat dalam kalimat “Syamsul terus dihajar sambil
diseret menuju gudang. Ia dipukul dan digebuk habis-habisan seperti anjing
kurap masuk kampung dan tertangkap. Akhirnya ia dilempar ke gudang”
· Halaman pondok
Terdapat dalam kalimat “Sore itu juga Syamsul di ambil
dari gudang. Di halaman podok telah disiapkan kursi yang diletakkan di tengah
garis melingkar. Syamsul digiring dan di dudukkan di kursi itu”
· Ruang tamu pesantren
Terdapat dalam kalimat “Jam sebelas malam orang tua
Syamsul datang. Kiai Miftah menemui di ruang tamu pesantren”
· Kamar Syamsul
Terdapat dalam kalimat “Syamsul istirahat di kamarnya
dengan mata berkaca-kaca”
· Kota Semarang
Terdapat dalam kalimat “Sudah satu minggu Syamsul pergi
dari rumah. Ia mengelana di kota Semarang”
· Masjid Baiturrahman
Terdapat dalam kalimat “Siang itu ia baru saja selesai
shalat zuhur di masjid Baiturrahman, Simpang Lima, Semarang”
· Pasar Johar
Terdapat dalam kalimat “Ia pergi ke pasar Johar, ia
menawarkan diri untuk menjadi buruh panggul di pasar Johar, tetapi ia di tolak”
· Bis mini warna kuning
Terdapat dalam kalimat “Ia naik bis mini warna kuning
jurusan Mangkana-Panggaron”
· Kantor polisi
Terdapat dalam kalimat “Syamsul babak belur itu
digelandang oleh polisi ke kantor polisi”
· Di dalam sel Polsek Semarang Tugu
Terdapat dalam kalimat “Sejak tertangkap itu, Syamsul
mendekam di penjara Polsek Semarang Tugu”
· Lebak Bulus
Terdapat dalam kalimat “Bus itu sampai di terminal Lebak
Bulus, tepat saat azan subuh selesai dikumandangkan”
· Masjid kecil berwarna hijau
Terdapat dalam kalimat “Dan ia menemukan masjid
kecil berwarna hijau. Ia masuk masjid itu dan merebahkan tubuhnya”
· Rumah Petak
Terdapat dalam kalimat “Malam itu ia membersihkan rumah
petak itu”
· Kafe di pinggir jalan Parung
Terdapat dalam kalimat “Syamsul masuk dan menemui
manager kafe itu”
· Restaurant yang khusus menjual ayam goreng
Terdapat dalam kalimat “Ia memasuki restaurant itu dan
mengajukan diri untuk bisa bekerja disitu”
· Dibawah pohon di pinggir jalan
Terdapat dalam kalimat “Ia duduk dibawah ebuah pohon di
pinggir jalan”
· Kopaja
Terdapat dalam kalimat “Ia berdiri dan bergegas
mencegat kopaja. Ia naik Kopaja yang sesak penumpang”
· Villa Gracia
Terdapat dalam kalimat “Ia kembali balik arah ke Villa
Gracia”
· Jalan Flamboyan
Terdapat dalam kalimat “Lalu dengan mantap ia mermarkir
sepeda motornya di depan rumah di jalan Flamboyan No.17”
· Masjid Baitul Makmur
Terdapat dalam kalimat “Syamsul meninggalkan rumah itu
dan pergi ke Masjid”
· Perpustakaan di Sekolah Tinggi Agama Islam Daarud Dakwah
Terdapat dalam kalimat “Didalam perpustakaan ia hanya
menjumpai satu orang saja yang sedang sibuk membaca sebuah kitab berbahasa
Arab”
· Rumah keluarga Syamsul di Pekalongan
Terdapat dalam kalimat “Siang itu Kiai Miftah dan Zizi di
temani lurah Pondok datang ke rumah keluarga Syamsul di Pekalongan”
· Wartel
Terdapat dalam kalimat “Begitu Pak Heru pergi, Syamsul
langsung lari ke wartel untuk memastikan kabar itu”
· Rumah Silvie
Terdapat dalam kalimat “Burhan dan keluarganya sampai
dirumah Silvie”
· Masjid Al-Firdaus Jagakarsa
Terdapat dalam kalimat “Sejurus kemudian sedan itu sudah
meluncur di jalan raya menuju Masjid Al-Firdaus Jagakarsa, dimana tabligh akbar
diadakan”
· Ruang tamu rumah Syamsul
Terdapat dalam kalimat “Pembicaraan di ruang tamu rumah
Syamsul berlangsung hangat”
· Kamar Silvie
Terdapat dalam kalimat “Di dalam kamar sebuah rumah mewah
di illa Gracia, Parung, Nampak Silvie sedang sujud di balut mukena putihnya”
· Butik busana muslim
Terdapat dalam kalimat “Syamsul diminta Silvie untuk
datang kesebuah butik busana muslim di daerah Kemang, Jakarta Selatan”
· Meja makan
Terdapat dalam kalimat “Bu Bambang melihat Syamsul masih
melamun di meja makan”
· Teras Rumah
Terdapat dalam kalimat “Pagi itu Syamsul sedang
membaca Koran di teras rumahnya”
· Auditorium Pesantren Marabi’ul Qur’an
Terdapat dalam kalimat “Wajah-wajah cantik dan anggun
berbalut jjilbab itu menyemut memenuhi Auditorium Pesantren Manabi’ul Qur’an”
2.6 Diksi
Diksi, dalam arti aslinya, merujuk pada pemilihan kata dan
gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.
Di dalam novel Dalam Mihrab Cinta terdapat banyak
kata-kata yang menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa.
Terdapat dalam kalimat:
- “Tenang mbak. Ojo wedi! Jangan takut.”
- “Podho-podho dihakimi massa. Iya tooo?!”
- “Benjote yo podho…larane yo
podho…!”
- “Hei ari-arine Neng Nur Fadhilah
mereneo. Aku wis nunggu sliranmu!”
2.7 Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca. Di dalam novel ini amanat yang dipergunakan adalah secara
implisit yaitu pengarang mengemukakan pesannya secara tidak langsung.
Amanat yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta
adalah jangan pernah menilai orang dari luarnya saja, dan jangan pernah
menghakimi seseorang dengan semena-mena. Harusnya diselidiki terlebih dahulu
apakah orang itu benar-benar bersalah atau tidak. Dan sebagai orang tua,
harusnya bisa lebih percya dengan anaknya sendiri.
2.8 Berakhir/Ending
Akhir dari cerita ini adalah duka cita. Karena wanita
yang didambakan Syamsul yaitu Silvie meninggal dunia. Dan setelah itu
ternyata Zizi melamar Syamsul. Dan akhirnnya mereka menikah, dan berakhir
dengan kebahagian.
Unsur Ekstrinsik:
1. Biografi Pengarang
Habiburrahman el-Shirazy
(lahir di Semarang 30 September 1976) adalah sarjana Universitas Al-Azhar,
Kairo, Mesir dikenal sebagai dai, novelis, penyair, dan suami dari Muyasaratun
Sa’idah. Memulai pendidikannya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar
kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak. Tahun 1992 ia
merantau ke Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus
Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan Fakultas Ushuluddin,
Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai Tahun 1999. Tahun 2001
lulus Postgraduate Diploma S2 di The Institute for Islamic Studies, Kairo.
Selama
di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di
antaranya: Wa Islama (1999), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca
Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (1998). Beberapa
karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul (2001), Biografi Umar
bin Abdul Aziz (2002), Menyucikan Jiwa (2005), Rihlah ilallah (2004), dll.
Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (2001), Merah di
Jenin (2002), Ketika Cinta Menemukanmu (2004), dll.
Karya-karyanya
banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara tetangga
seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Karya-karya fiksinya dinilai dapat
membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Diantara
karya-karyanya yang telah beredar dipasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (2004), Di
Atas Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona
Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2
(2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah
Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem. (disadur
dari Wikipedia.com)
2. Latar Belakang Sejarah dan
Sosial
Habiburrahman
el-Shirazy, menulis cerita berdasarkan pengalaman hidupnya yang pernah
bersekolah di Universitas Al Azhar, Mesir. Selain sebagai media dakwahnya,
novel ini juga mencakup banyak cerita yang menggambarkan hidup seorang lelaki
Indonesia. Sebagai contoh, novelnya yang lain yaitu Ayat-ayat Cinta. Dan dari
segi ekonominya, pengarang tergolong menengah ke atas dilihat dari latar petualangan
pendidikannya, mulai dari pendidikan menengah di MTs Futuhiyyah 1 hingga S2 di
The Institute for Islamic Studies Kairo.
AKU
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Ping Pong by Sutardji
Calzoum Bachri
Ping di atas pong
Pong di atas ping
Ping ping dibilang pong
Pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pongmau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
kutakpunya ping
kutakpunya pong
pinggir ping kumau pong
tak tak bilang ping
ping pong kumau ping
tak tak bilang pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
Pong di atas ping
Ping ping dibilang pong
Pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pongmau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
kutakpunya ping
kutakpunya pong
pinggir ping kumau pong
tak tak bilang ping
ping pong kumau ping
tak tak bilang pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
Sinopsis, Unsur Intrinsik,
dan Unsur Ekstrinsik Novel Negeri 5 Menara
Sinopsis:
Negeri 5 Menara
Karya A.Fuadi
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di
luar ranah Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J
Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan
sekolah ke SMU negeri di Padang yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah di
jurusan yang sesuai. Namun, Amak menginginkan Alif jadi penerus Buya Hamka, membuat mimpi Alif kandas.
Alif diberi pilihan sekolah di sekolah
agama atau mondok di pesantren. Sempat marah tapi akhirnya Alif ikhlas karena
alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua khususnya ibu, alif pun
menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok. Atas saran dari pamannya di
Kairo, Alif kecil pun memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok yang ada
di Jawa Timur: Pondok Madani. Walaupun awalnya amak berat dengan keputusan Alif
yang memilih pondok di Jawa bukan yang ada di dekat rumah mereka dengan
pertimbangan Alif belum pernah menginjak tanah di luar ranah minang, namun
akhirnya ibunya merestui keinginan Alif itu.
Awalnya Alif setengah hati menjalani
pendidikan dipondok karena dia harus merelakan cita-citanya yang ingin kuliah
di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kalimat bahasa Arab yang didengar
Alif dihari pertama di PM (pondok madani) mampu mengubah pandangan Alif tentang
melanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum. "Mantera"
sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok) man jadda wajada, siapa yang
bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari di
pondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Di PM Alif berteman dengan Raja dari
Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si
jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah dan
sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hafalan
Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris
di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras murid-muridnya berbahasa
Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum lagi
peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit
saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak
dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dan ke-5 temannya begitu
berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM.
Hal yang paling berat dijalani di PM
adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa
menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan fisik yang prima
demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari.
Namun disela rutinitas di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke-5 temannya
selalu menyempatkan diri untuk berkumpul di bawah menara masjid, sambil menatap
awan dan memikirkan cita-cita mereka ke depan.
Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan
Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM
semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling
tolong menolong dan membantu. Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai
pada suatu hari yang tak terduga, Baso, teman alif yang paling pintar dan
paling rajin memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan
keluarga.
Kepergian Baso, membangkitkan semangat
Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan PM dan menjadi orang
sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di benua Eropa
dan Amerika. Kini semua mimpi kami berenamtelah menjadi nyata. Kami berenam
telah berada lima Negara yang berbeda, sesuai dengan lukisan dan
imajinasi kita di awan. Aku (Alif) berada di Amerika, Raja di Eropa,
sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan Dulmajid
sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta. Di lima
menara impian kami. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun.
Tuhan sungguh Maha Pendengar.
Man jadda wajadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan
berhasil…
***
Novel ini benar-benar memberikan
inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil, bahwa dimana ada
usaha disitu ada jalan. Dan ikhlaslah dalam menjalani apapun yang ada
dikehidupan kita, niscaya usaha dan keikhlasan hati akan diridhoi Tuhan Yang
Maha Esa.
Sebuah novel yang terinspirasi dari kisah nyata ini banyak memberikan pelajaran
hidup bagi kita. Mulai dari semangat belajar para sahibul menara, kesabarannya,
dan pegorbanan mereka demi menimbah ilmu di Pondok Madani. Semoga dari
pengalaman mereka dapat memberikan kita motivasi dalam mencari ilmu dan
menghadapi kehidupan.
***
Unsur Intrinsik:
1. Tema
Adapun tema dari novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu dipesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan novel berikut:
Bagai sebuah konspirasi besar untuk mencuci otak, metode total immersion ini cocok dengan lingkungan yang sangat mendukung. Tidak cukup dengan itu, entah siapa yang menyuruh, banyak diantra kami yang membawa kamus. Kalau bukan kamus cetak, kami pasti membawa buku mufradhat, buku tulis biasa yang dipotong kecil sehingga lebih tipis dan gampang dibawah kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan gampang ditemukan sedang antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara kegiatan olahraga sekalipun.(hal. 133-135).
Adapun tema dari novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu dipesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan novel berikut:
Bagai sebuah konspirasi besar untuk mencuci otak, metode total immersion ini cocok dengan lingkungan yang sangat mendukung. Tidak cukup dengan itu, entah siapa yang menyuruh, banyak diantra kami yang membawa kamus. Kalau bukan kamus cetak, kami pasti membawa buku mufradhat, buku tulis biasa yang dipotong kecil sehingga lebih tipis dan gampang dibawah kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan gampang ditemukan sedang antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara kegiatan olahraga sekalipun.(hal. 133-135).
2. Plot/Alur
Alur dari Novel Negeri 5 Menara adalah alur maju-mundur. Dimana cerita adalah kilas balik ingatan tokoh utama akan masa silam ketika menimbah ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini.
Kutipan Novel:
Washington DC, Desember 2003, jam 16.00
Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung parlemen Amerika Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar. Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbangun jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku.(hal.1)
Aku tegak di atas aula madrasah negeri setingkat SMP. Sambil mengguncang-guncang telapak tanganku, Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku memberi selamat karena ujianku termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam.(hal. 5)
London, Desember 2003
Gigiku gemeletuk. London yang berangin terasa lebih menggigil dari Washington DC. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing.(hal. 405)
Alur dari Novel Negeri 5 Menara adalah alur maju-mundur. Dimana cerita adalah kilas balik ingatan tokoh utama akan masa silam ketika menimbah ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini.
Kutipan Novel:
Washington DC, Desember 2003, jam 16.00
Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung parlemen Amerika Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar. Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbangun jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku.(hal.1)
Aku tegak di atas aula madrasah negeri setingkat SMP. Sambil mengguncang-guncang telapak tanganku, Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku memberi selamat karena ujianku termasuk sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam.(hal. 5)
London, Desember 2003
Gigiku gemeletuk. London yang berangin terasa lebih menggigil dari Washington DC. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing.(hal. 405)
3. Tokoh dan Penokohan
Adapun tokoh dan penokohan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah
a. Alif (tokoh utama) dalam novel ini adalah tokoh yang protagonis. Alif digambarkan sebagai sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju dan tidak kenal menyerah.
b. Baso dalam novel ini tokoh yang protagonis. Baso adalah teman Alif merupakan anak yang paling rajin dan paling bersegera disuruh ke masjid.
c. Raja dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara
d. Said dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara.
e. Dulmajid dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara
f. Atang dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara.
g. Ustad Salman dalam novel ini tokoh yang protagonis. Wali kelas Alif. Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara lantang.
Adapun tokoh dan penokohan dalam Novel Negeri 5 Menara adalah
a. Alif (tokoh utama) dalam novel ini adalah tokoh yang protagonis. Alif digambarkan sebagai sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju dan tidak kenal menyerah.
b. Baso dalam novel ini tokoh yang protagonis. Baso adalah teman Alif merupakan anak yang paling rajin dan paling bersegera disuruh ke masjid.
c. Raja dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara
d. Said dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara.
e. Dulmajid dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara
f. Atang dalam novel ini tokoh yang protagonis. Teman Alif sesama sahibul menara.
g. Ustad Salman dalam novel ini tokoh yang protagonis. Wali kelas Alif. Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara lantang.
4. Latar Tempat dan Latar Sosial
Adapu latar tempat dari novel ini yaitu di Pondok Madani hal ini didukung oleh tema yang ada yaitu pendidikan. Karakter tokoh utama juga mendukung latar yang ada. Sedangkan, latar sosialnya adalah keadaan seorang pelajar yang terpaksa menempuh jalan lain untuk menggapai mimpinya. Namun jalan itu justru membawanya pada hal-hal tak terduga yang merupakan bonus dari bermimpi.
Kutipan Novel:
Adapu latar tempat dari novel ini yaitu di Pondok Madani hal ini didukung oleh tema yang ada yaitu pendidikan. Karakter tokoh utama juga mendukung latar yang ada. Sedangkan, latar sosialnya adalah keadaan seorang pelajar yang terpaksa menempuh jalan lain untuk menggapai mimpinya. Namun jalan itu justru membawanya pada hal-hal tak terduga yang merupakan bonus dari bermimpi.
Kutipan Novel:
Pondok Madani diberkti oleh energi yang membuat kami
sangat menikmati belajar dan selalu ingin belajar berbagai macam ilmu.
Lingkungannya membuat orang yang tidak belajar menjadi orang aneh. Karena itu
cukup sulit menjadi pemalas di PM. (hal. 264).
5. Sudut Pandang
Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Kutipan Novel:
Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga iri. Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap kosong kepuncak pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus. Aku jera menjadi drakula. (hal. 102-103).
Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Kutipan Novel:
Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga iri. Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap kosong kepuncak pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus. Aku jera menjadi drakula. (hal. 102-103).
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif. Dari tiap kata-katanya kita merasakan kekuatan pandangan hidup yang mendasari bangktnya semangat untuk mencapai harga diri, prestasi dan martabat diri.
Kutipan Novel:
Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang sangat percaya bahwa awan itu berbentuk Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedang Said dan Dulmajid awan itu berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi. Meski juga kami tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihat hari ini, setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata. (hal. 405).
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif. Dari tiap kata-katanya kita merasakan kekuatan pandangan hidup yang mendasari bangktnya semangat untuk mencapai harga diri, prestasi dan martabat diri.
Kutipan Novel:
Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang sangat percaya bahwa awan itu berbentuk Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedang Said dan Dulmajid awan itu berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi. Meski juga kami tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihat hari ini, setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata. (hal. 405).
7. Amanat
Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi pembaca untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.
Kutipan Novel:
Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. (hal.405).
Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi pembaca untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.
Kutipan Novel:
Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. (hal.405).
***
Unsur Ekstrinsik:
Nilai Agama.
Novel ini
menceritakan tentang kehidupan sekitar pesantren sehingga banyak mengajarkan
nilai agama yang tidak terdapat pada novel-novel lain. Salah satu bukti itu
adalah kalimat “Man Jadda Wa Jadda”, yang berarti siapapun dapat meraih
cita-citanya asal ia bersungguh-sungguh.
Nilai Moral
Kebersamaan
Sahibul Menara dalam menghadapi kerasnya pendididkan di pesantren mengajarkan
bahwa sebagai penuntut ilmu, kita harus sabar dan tidka pantang menyerah
menuntaskan apa yang telah dimulai.
NASKAH DRAMA tsunami
nah ini buat kalian yang dapet tugas dari sekolah untuk membuat naskah drama bertemakan bencana alam. Jangan lupa komentarnya yah ^^,
nah ini buat kalian yang dapet tugas dari sekolah untuk membuat naskah drama bertemakan bencana alam. Jangan lupa komentarnya yah ^^,
"Bencana
Tsunami"
Ada sebuah Desa
yang bernama Desa Hegar Lancar. Desa tersebut letaknya dekat pantai daerah
Nanggroe Aceh Darussallam, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai nelayan. Pada hari minggu para warga akan melakukan kerja bakti untuk
membersihkan sampah-sampah yang berserakan di tepi pantai . Para warga dan
KADES pun berkumpul di balai DESA….
Pak Kades: “ Assalamualaikum
Wr. Wb. Para warga sekalian saya selaku KADES Hegar Lancar akan mengajak kalian
semua untuk bekerjasama membersihkan pantai ini dari sampah.”
Warga : “ iya pak kami semua
siap untuk membersihkan pantai dari sampah-sampah yang berceceran. Karena kami
tidak mau desa kami menjadi kotor.”
Pak Kades: “ yasudah mari kita menuju pantai itu!”
Warga: “ayoooo pakkkk……”
Setelah selesai
membersihkan sampah yang ada di pantai warga pun bergegas pulang kerumah
masing-masing untuk beristirahat. Keesokan harinya pak Ardi (Pak Kades) yang
juga bermata pencaharian sebagai nelayan di desa, pergi ke laut untuk mencari
ikan . Entah kenapa pada hari itu anaknya yang bernama Radit tiba-tiba menagis
sekencang kencangnya saat mengetahui ayahnya akan pergi ke laut. Karena akhi-
akhir ini air laut sedang pasang.
Pak Ardi: “ Buu,, Ibu?”
Bu Diah: “iya ada apa pak?Ibu lagi di kamar mandi lagi mandiin Radit.ada apa?
Pak Ardi: “ engga bu, bapak Cuma mau ngomong bapak mau pergi ke laut nyari ikan buat di jual biar kita bias makan bu..”
Bu Diah: “ apa pak? Bapak mau pergi kelaut? Kan air laut sedang pasang?”
Pak Ardi: “ ya, tapi harus bagaimana lagi bu, kan kita tidak punya untuk makan hari ini,”
Radit : “ hah bapak mau pergi ke laut?JANGAN PAK JANGAN!! Aku tidak mau bapak kenapa-kenapa..”
Pak Ardi: “ kenapa-kenapa
bagaimana nak? Kan bapak sudah biasa. Jangan menghawatirkan begitu kan bapak
pergi tidak sendiri ada nelayan-nelayan lain yang menemani bapak.”
Radit: “ ahhhhhhh,,tapi aku tidak mau kalau bapak pergi ke lautt .huhu..huhu..huhu..huhu..(menangis)”
Pak Ardi: “ iya tapi bapak cari uang untuk makan kita .”
Bu Diah: “ pak tapi bapak yakin
mau ke laut?”
PakArdi: “ iya bapak yakin ibu.
Tapi buu, kenapa Radit tidak biasanya rewel begini saat bapak
mau pergi ke laut?Biasanya dia baik, dan akan senang jika bapak pulang membawa
ikan banyak”
Bu Diah:”yasudah pak, tapi bapak jaga diri yah. Iyah pak, ibu juga sedikit aneh melihat tingkah laku Radit yang tidak seperti biasanya.”
Radit:”ahhh..ahhh..ahhh..ahhh bapak bapak jangaan pergi Radit mohon pakkkkkk!!!(masih sambil menangis)”
Bu Diah:”yasudah pak, tapi bapak jaga diri yah. Iyah pak, ibu juga sedikit aneh melihat tingkah laku Radit yang tidak seperti biasanya.”
Radit:”ahhh..ahhh..ahhh..ahhh bapak bapak jangaan pergi Radit mohon pakkkkkk!!!(masih sambil menangis)”
Pak Ardi:” jangan hawatirkan bapak ya nak, bapak pasti jaga diri. Ya sudah ibu, radit bapak pergi dulu yah. Assalamualaikum.”
Bu Diah; “ yasudah walaikum salam.”
Radit:” bapak bapak bapak bapakkkk jangan pergii Radit mohon bapak…”
Bu diah:” sudaah nak jangan menangis ayoo kita masuk.”
Pada sore hari bu
tantri pergi kerumah ibu Diah untuk menanyakan suaminya yaitu pak Yono..
Bu Tantri:” assalamualikum bu Diah?”
Bu Diah:” walaikum salam adaapa bu,tumben kerumah?”
Bu Tantri :” ohhh,, tidak ada apa apa bu,saya Cuma mau Tanya apa pak Yono sudah pulang?”
Bu Diah :”saya juga tidak tau ,tadi bilang bapak mau pergi ke lautnya bersama nelayan-nelayan yang lain. Memang kenapa bu?”
Bu Tantri:” tidak,cuman tidak biasanya pak Yono pergi belum pulang-pulang.kemana yah?”
Bu Diah:” iyah saya juga heran kenapa suami saya juga belum pulang samapi saat ini.SAYA PUN PUNYA PERASAAN TIDAK ENAK kepada suaminya..”
Tiba-tiba warga pun
berteriak seperti ketakutan karena ada tsunami yang menerpa kampungnya..
Warga :” tolong tolong tolong… ada tsunami tolong!”
Warga :” ayo keluar dari rumahnya masing-masing ada TSUNAMI ADA TSUNAMI!”
Warga :” Bu Diah cepat keluar ada tsunami!”
Bu Diah &Bu tantri:” APA ADA TSUNAMI?”
Bu tantri :” yasudah ayo kita menyelamatkan diri kita sebelum terbawa ombak!”
Bu Diah:”ayooo,cepat bu. eeeh tungggu sebentar Radit masih ada dirumah .”
Bu Tantri :” yasudah cepat bawa dia bu.. sebelum terlambat!”
Bu Diah :” yasudah tunggu sebentar bu.”
Tak lama setelah
itu, ombak pun datang menerjang rumah bu Diah.
Bu Tantri :” ahhhhgggggggggg…. TOLONG saya terbawa ombakkkkkkkk!”
Tak beberapa lama Bu Tantri pun terseret tsunami yang besar,seketika Desa Hegar Lancar pun seperti kapal pecah dan bu diah beserta anaknya pun selamat dari bencana tersebut.
Di sebuah stasiun TV
Reporter : “ Pemirsa, telah
terjadi Tsunami besar yang melanda provisi Nanggroe Aceh Darussallam. Di
perkirakan penyebeb tsunami tersebut akibat adanya gempa yang berkekuatan 9,2
SR. Tsunami tersebut banyak memakan korban jiwa. Dan para tim sar serta PMI
Nasional mulai berdatangan kesana, untuk mengefakuasi para korban.”
Kondisi di Desa Hegar Lancar
sekarang seperti kapal pecah, banyak Tim Sar dan PMI Nasional mulai berdatangan
untuk mengefakuasi para warga.
Warga : “ Tolong saya pak tolong…
!!!!”
Tim Sar : “iyah bu, sabar
sedikit yah, saya akan bawa ibu beserta warga lainnya ke posko yang terdekat.”
Bu Diah : (sambil berjalan
terpingkah-pingkah) “ Pak tolong saya pak, anak saya Radit hilang, saya
terpisahkan dengan anak saya saat menyelamatkan diri. Tolong bantu saya pak.”
Tim Sar : “iyah bu , saya dan
tim beserta sukarelawan yang lainnya akan berusaha mencari anak ibu. Sekarang
mari saya antarkan ibu ke posko terdekat dulu.”
Bu Diah : “baik pak, mohon
bantuannya ya pak.”
Tak jauh dari tempat pencarian,
Tim Sar mendengar suara anak kecil yang berteriak-teriak meminta tolong. Tim
Sar pun mencari sumber suara tersebut dan . . .
Radit : “Tolong, tolong saya.
Saya terjebak di bawah sini!.”
Tim Sar : “Subhanallah, sungguh
sebuah keajaiban. Anak ini bia selamat dari tsunami yang begitu dasyatnya. Ya
nak, tunggu sebentar. Kami akan mengeluarkanmu dari sini.”
Radit : “Terimakasih pak.”
(sambil menangis)
Tim Sar : “mari nak, bapak
antar kamu ke posko terdekat. Dokter disana akan mengobati luka-luka mu.”
Keadaan di posko,
para sukarelawan sedang membantu mengefakuasi dan mengobati luka-luka para
korban. Terdapat bu Diah juga yang sedang duduk di salah satu tenda yang sudah
disiapkan.
Tim Sar : “nak, kamu diam
disini dulu yah. Bapak akan memanggil PMI segera untuk mengobati luka-lukamu.”
Radit : “baik pak,
terimakasih.”
Bu Diah : (melihat ke
belakangnya) “Radit…!!!!!!!!!!!!!! Alhamdulillah akhirnya kamu ketemu juga nak,
ibu sangat mengkhawatirkanmu.”(sambil menangis sedu)
Radit : “ ibu, Radit takut bu.
Radit melihat ombak yang sangat tinggi sekali. Radit sangat takut bu.”
(menangis)
Bu Diah : “ sudah nak tenang,
ibu tidak akan meninggalakn kamu sendiri lagi. Mari kita cari bapak mu.
Barangkali bapakmudi temukan dalam keadaan yang selamat.”
Radit : “ iya bu, ayo kita
cari.”
Di suatu tenda yang tak jauh
dari tepat Bu Diah dan Radit di efakuasi, Radit melihat seorang lelaki yang
taka sing lagi baginya. Yaitu Bapaknya.
Radit : (sambil berlari kea rah
bapaknya) “bapak.. !!!!!”
Pak Ardi : “Radit… !!!!!!!”
(sambil memeluk anaknya)
Bu Diah : “Alhamdulillah pak, bapak sudah
ditemukan. Akhirnya kita bisa berkumpul lagi seperti semula.”(menangis)
Pak Ardi : “ maafkan bapak yah
nak, seharusnya bapak mengikuti apa perkataanmu. Jika saja bapak mengikuti apa
perkataanmu tadi. Pasti kita tidak akan terpisahkan begini.”
Radit : “ sudahlah pak,, yang
sudah terjadi biarlah terjadi. Yang penting sekarang kita sudah berkumpul
kembali.”
Bu Diah : “ betul apa yang di
katakan anak kita pak. Yang berlalu lupakan saja. Yang penting kita sudah
bersama lagi.”
Akhirnya, keluarga kecil itu
pun berkumpul seperti semuala lagi. Setelah ombak tsunami memisahkan mereka.
*TAMAT*
0 Response to "Hakikat Sanggar Bahasa Dan Sastra Indonesia (Peran Pembelajaran Sanggar Bahasa)"
Post a Comment