Contoh Skripsi Jurusan Ekonomi
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberhasilan dan kegagalan
suatu perusahaan merupakan kenyataan yang dapat dialami oleh suatu usaha.
Dunia usaha berisi dengan persaingan, peluang, tantangan, kegairahan maupun
kelesuan yang dapat menyebabkan naik turunnya suatu usaha. Oleh karena itu,
sudah seharusnyalah seorang usahawan jeli dalam melihat suatu peluang dan
memanfaatkannya, karena dunia usaha yang penuh tantangan dan kegairahan tidak
selalu akan berakhir dengan membawa suatu kesuksesan. Dalam era globalisasi
ini, persaingan tidak hanya terbatas secara lokal (daerah tertentu) dan
nasional saja, namun sudah secara global, hal ini mengakibatkan semakin banyak
variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu bisnis.
Rasa hanya akan dibuktikan oleh lidah. Sebelum sampai ke mulut, tak
seorang pun bisa menjamin suatu makanan enak. Paling-paling hanya berdasarkan
rekomendasi orang lain yang pernah mencicipinya atau dari bentuk, penampilan
dan kemasannya.
|
Ya, ketika tidak ada orang lain merekomendasikan
enak tidaknya suatu makanan, maka bentuk dan warna makanan tersebut akan
sangat membantu orang untuk ingin mencicipinya. Walaupun sesudah dimakan,
mungkin rasanya tak seindah penampilannya.
Dalam bisnis jajanan seperti arafit, tampilan dan kemasan merupakan dua unsur penting agar produk yang dihasilkan mendapatkan pasar yang baik. Selain itu tentu saja higienis atau kebersihannya. Kebersihan produk, kebersihan tempat menjual dan juga kebersihan si penjual itu sendiri. Para pengusaha kecil jajanan di Aceh tak ada salahnya mencontoh bagaimana menampilkan jajanan agar terlihat menarik dan menggugah selera, mulai dari bentuk, warna hingga kemasannya. Meski jajanan yang sama, tetapi bila ditampilkan berbeda tentu akan lebih menarik bagi pembeli. Tentu saja rasa tetap yang nomor satu.Apalah artinya tampilan menarik kalau rasanya tak enak. |
Pada dasarnya dengan semakin
banyaknya pesaing maka semakin banyak pula pilihan bagi pelanggan untuk dapat
memilih produk yang sesuai dengan apa yang menjadi harapannya. Sehingga
konsekuensi dari perubahan tersebut adalah pelanggan lebih cermat dan pintar
dalam menghadapi setiap produk yang diluncurkan di pasar. Masyarakat kini mulai
berfikir selektif dan pintar dalam memilih suatu produk, sehingga mereka akan
mendapatkan kegunaan atau manfaat yang mereka cari dari sebuah produk. Bahkan,
terkadang mereka tidak ragu untuk mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan
produk yang berkualitas.
Menu makanan
yang tersedia kadang kala tidak mempunyai bentuk yang menarik
meskipun kandungan gizinya tinggi, dengan arti lain kualitas dari suatu produk
makanan sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan kosumen terhadap makanan
tersebut. Umumnya pengolahan makanan selalu berusaha untuk menghasilkan produk
yang berkualitas baik. Kualitas makanan adalahkeseluruhan sifat-sifat dari
makanan tersebut yang berpengaruh terhadap konsumen.
Untuk dapat
tercapainya tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu cara agar kemasan produk
dan produk yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan selera konsumen, dengan
cara melakukan pengembangan produk dalam bentuk penciptaan produk baru,
meningkatkan kualitas produk maupun peningkatan kualitas kemasan yang disesuaikan
dengan selera, dan keinginan konsumen.
Dengan
melakukan pengemasan produk yang baik dan disukai oleh konsumen yaitu kemasan
yang dapat melindungi produk dari sinar matahari, benda tajam bahkan kemasan
yang memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan. Selain itu kemasan mempunyai
daya tarik, sehingga dapat dijadikan alat promosi yang diharapkan dan dapat
digunakan sebagai alat untuk menghadapi para pesaing, juga dapat mendongkrak
volume penjualan, sehingga dapat memberikan dampak yang baik bagi kelangsungan
hidup perusahaan.
Keputusan
mengenai pengemasan kebanyakan didasarkan dengan pertimbangan-pertimbangan
biaya dan produksi. Akan tetapi pada masa sekarang ini, ada berbagai macam
faktor yang telah memungkinkan meningkatkan kemakmuran konsumen berarti
konsumen bersedia membayar lebih mahal untuk kenyamanan, penampilan, keandalan
dan gengsi dari kemasan yang menarik, semakin banyaknya produk yang dijual
secara swalayan di pasar serba toko-toko dan kesediaan pengecer untuk menjual
produk dengan kemasan yang praktis saja.
Salah satu
produk yang dikonsumsi oleh masyarakat di provinsi aceh adalah arafit, arafit
merupakan makanan cemilan bagi para masyarakat Aceh terutama masyarakat di
seputar kota Grong-Grong. Seperti di ketahui banyak produk arafit yang di jual
dengan berbagai cita rasa dan kemasan.Hal tersebut akan memberikan pengaruh
kepada konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi arafit.
Sehubungan
dengan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengandalkan penelitian
dengan mengambil judul “ Pengaruh cita
rasa dan kemasan terhadap volume penjualan arafit gunadila di grong-grong ”
1.2. Perumusan
Masalah
Berdasarkan
permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah Cita Rasa memberikan pengaruh
terhadap volume penjualan Arafit Gunadila Di Grong-Grong?
2.
Apakah Kemasan memberikan pengaruh
terhadap volume penjualan Arafit Gunadila Di Grong-Grong?
1.3. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian adalah :
1.
Untuk mengetahui pengaruh Cita Rasa
terhadap volume penjualan Arafit Gunadila Di Grong-Grong?
2.
Untuk mengetahui pengaruh Kemasan
terhadap volume penjualan Arafit Gunadila Di Grong-Grong?
1.4. Manfaat
Penelitian
Manfaat yang
akan diperoleh dalam penelitian ini tentang Pengaruh cita rasa dan kemasan
terhadap volume penjualan arafit gunadila di grong-grong antara lain adalah :
1.
Menambah wawasan dan pengetahuan
bagi peneliti tentang cita rasa dan kemasan terhadap volume penjualan.
2.
Bagi pemilik usaha dapat
diketahuinya pengaruh cita rasa dan kemasan terhadap volume penjualan.
3.
Diharapkan hasil
penelitian ini akan menjadi referensi bagi para penelitian selanjutnya.
BAB
II
STUDI
KEPUSTAKAAN
2.1 Pengertian Cita Rasa
Anonim (2011 : 21) Cita Rasa adalah suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa (taste)
makanan tersebut. Cita rasa merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan,
bau, rasa, tekstur, dan suhu. Cita rasa merupakan bentuk kerja sama dari kelima macam indera manusia, yakni perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran. Rasa sendiri merupakan hasil kerja
pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi, kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari cita rasa.
Basu swasta dan Rawan, (2008:140).
Salah satu hal yang mempengaruhi konsumen dalam membeli suatu produk makanan
adalah rasa. Dalam hal ini rasa sangat erat dengan selera konsumen. Selera
konsumen antara individu yang satu dengan yang lainnya dipengaruhi faktor sosial ekonomi, faktor
kebudayaan dan non demografi, Selera konsumen cenderung stabil dalam jangka
pendek akan tetap dan akan berubah dalam jangka waktu yang lama.
Ada kalanya makanan yang tersedia tidak
mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi, dengan arti
lain kualitas dari suatu produk makanan sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan
kosumen terhadap makanan tersebut. Umumnya pengolahan makanan selalu berusaha
untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik. Kualitas makanan adalah
keseluruhan sifat-sifat dari makanan tersebut yang berpengaruh terhadap
konsumen. Definisi bahan makanan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki
penampakan, cita rasa, tekstur flavor dan memperpanjang daya simpan, Wahida
(2010:19).
2.1.1 Komponen-Komponen Cita
Rasa
Kompleksitas suatu cita
rasa dihasilkan oleh keragaman persepsi alamiah. Cita rasa dipengaruhi oleh
tiga faktor, yaitu bau, rasa, dan rangsangan mulut (panas dan dingin). Faktor
yang pertama dapat dideteksi oleh indera pencium dan dua faktor yang disebutkan
terakhir dapat dideteksi oleh sel-sel sensorik pada lidah. Wahidah (2010 :31)
1.
Bau
Bau merupakan salah satu
komponen cita rasa pada makanan, yaitu memberikan aroma atau bau, maka dapat
mengetahui rasa dari makana tersebut. Dimana bau ini dikenal dengan menggunakan
hidung. Apabila bau makanan berubah maka tentu saja akan berpengaruh pada rasa.
Bau tengik atau alkohol yang disebabkan oleh bahan makanan tersebut telah lama
disimpan yang telah terkontaminasi dengan udara luar.
Bau
makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut. Dalam hal bau lebih
banyak sangkut pautnya denga alat panca indera penciuman. Bau-bauan baru dapat
dikenali bila berbentuk uap, dan molekul-molekul komponen bau tersebut harus
sempat menyentuh siliah sel olfactory,
dan meneruskan ke otak dalam bentuk influks listrik oleh ujung-ujung sel olfactory.
2.
Rasa
Rasa
berbeda dengan bau dan lebih banyak melibatkan panca indera lidah. Rasa dapat
dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecepan yang terletak pada papilla
yaitu bagian noda darah jingga pada lidah. pada anak kuncup-kuncup perasa
tersebut selain terletak di lidah juga terletak pada farinx,pelata bagian
langit-langit yang lunak maupun keras.
Papilla
yang lain adalah papila foliatadi bagian pinggir lidah dan apabila sirkumvalata
yang melintang di lidah bagian belakang dan berbentuk huruf V. semuanya
mempunyai kuncup cecapan, sedang bagian tengah lidah tidak. Papilia filiform
tifak mengandung kuncup-kuncup cecapan tetapi peka terhadap sentuhan.
3. Rangsangan Mulut
Selain dari komponen-komponen cita rasa tersebut
diatas, komponen yang juga penting adalah timbulnya perasaan seseorang setelah
menelan suatu makanan. Bahan makanan yang mempunyai sifat merangsang syaraf
perasa dibawah kulit muka, lidah, maupun gigi akan menimbulkan perasaan
tertentu. Misalnya bila seseorang mencium bau ammonia, selian bau yang
merangsang juga akan menimbulkan perasaan bahwa bau tersebut tajam (sharp).
Contoh lain misalnya rempah-rempah yang menimbulkan kesan panas atau kesan
dingin yang ditimbulkan oleh permen pedas.
Tekstur
dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh
bahan tersebut. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa
perubahan tekstur atau viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul
karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsanngan terhadapa sel
reseptor olfaktori dan klelnjar air liur. Semakin kentalk suatu bahan,
penerimaan terhadap intensitas rasa, bau dan cita rasa semakin berkurang.
Penambahan zat-zat pengental seperti CMC (Carboxy Methyl Cellulose) adapat
mengurangi rasa asam sitrat, rasa pahit kafein, ataupun rasa manis sukrosa;
sebaliknya akan meningkatkan rasa asin NaCl dan rasa manis sakarin. Rasa
dipengaruhi oleh beberapa faktor; suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan
komponen rasa yang lain.
2.2 Pengertian Kemasan
Kemasan adalah wadah atau pembungkus untuk
menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan,
didistribusikan,disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus
dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada
di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan,
benturan dan getaran).
Kotler
dan Amstrong, (2010 :190) mendefinisikan “packaging
involves designing and producing the container or wrapper for a product”
yang artinya adalah proses kemasan melibatkan kegiatan mendesain dan
memproduksi, fungsi utama dari kemasan sendiri yaitu untuk melindungi produk
agar produk tetap terjaga kualitasnya.
Menurut
Kotler, (2010 : 200) pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah
atau bungkus sebagai sebuah produk.
Menurut
Kotler dan Keller, (2012 :1998), Kemasan yang baik dapat membangun ekuitas
merek dan mendorong penjualan.
Aspek - aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang
kemasan antara lain:
a.
Mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan pelengkap citra diri dan
mempengaruhi calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang yang
dikemasnya.
b.
Kemasan mempunyai kemudahan dalam tanpa mengurangi mutu ketahanannya
dalam melindungi barang.
c.
Desain Iuar kemasan harus sesegera mungkin menimbulkan kesan yang benar
tentang jenis isi barang yang dikemas.
d.
Perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga efisien dan
tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman Serta penempatan, dernikian pula penyusunan
dalam lemari pajang.
e. Melalui bentuk dan tata desain yang dimilikinya
kemasan berfungsi sebagai alat pemasar untuk mempertinggi daya jual barang.
Dalam fungsi ini desain bentuk-kemasan harus mendapat dukungan penuh dari unsur
desain grafisnya, sehingga bentuk kemasan selain menarik harus dapat
menyampaikan keterangan dan pesan-pesannya sendiri.
2.2.1 Prinsip Dasar Kemasan
Dalam desain kemasan, prinsip dasar desain
disesuaikan untuk memenuhi tujuan setiap tugas-tugas desain. Panduan ini
membantu mendefinisikan bagaimana warna, tipografi, struktur, dan citra
diaplikasikan dalam suatu tata letak desain untuk menciptakan kesan keseimbangan,
intensitas, proporsi, dan penampilan yang tepat.
Inilah yang membuat elemen-elemen desain membentuk
atribut komunikatif suatu desain kemasan. Ada banyak variabel yang mempengaruhi
bagaimana dan mengapa desain kemasan menarik konsumen. Periset konsumen
menghabiskan waktu yang banyak untuk menganalisis variabel-variabel ini. Dari
suatu perspektif desain murni (memindahkan variabel pemasaran lain seperti
harga, lokasi, dan kesetiaan merek) terdapat elemen-elemen penting yang
menangkap perhatian konsumen dengan sangat baik dan menerobos kerumunan visual
dalam kompetisi ritel. Klimchuk dan Krasovec, (2006 : 82).
2.2.2 Fungsi-fungsi
Kemasan
Fungsi-fungsi kemasan menurut ,
Setiadi
(2005:46)
a. Kemasan berfungsi sebagai
informasi, sehingga desain kemasan harus jujur dan memberikan informasi tentang
produk. Artinya kemasan harus sesuai dengan desain yang tertera pada kemasan
dengan isinya.
b. Kemasan memiliki fungsi sebagai
pelindung produk serta memiliki fungsi kepraktisan yang harus sesuai dengan
pandangan konsumen.
c. Kemasan memilki fungsi
branding/merek sebagai sarana komunikasi citra dan posisi produk dipasar
2.2.3 Daya Tarik dalam Kemasan
Setiap kemasan harus memiliki daya tarik bagi
pelangan jika Kemasan tersebut diharapkan berfungsi dengan baik, hal ini sangat
penting sekali pada penjualan di supermarket yang ketentuannya adalah memilih
produk sendiri, sehingga kemasan harus menjual langsung kepada pembeli dari
Iemari pajang. Kemasan harus menarik untuk dilinat dan menggugah calon konsumen
untuk menjangkau dan mengambilnya, seperti yang dipaparkan Danger (1992 : 21)
Kemasan sebaiknya bisa memberi keyakinan pada calon konsumen, harus menjual
dengan tepat, dan harus menjamin produk menjual dirinya sendiri. Masyarakat secara keseluruhan beraksi dibawah
kesadaran pada rangsangan tertentu dan massa yang besar dimotivasi dengan
pertimbangan yang sama yang harus diperhitungkan dalam desain. Danger, (1992 :
21).
Menurut
Klimchuck dan Krasovec dalam buku Desain Kemasan (2006 : 82) ada empat penarik
perhatian utama yaitu:
a. Warna
b. Struktur Fisik atau Bentuk
c. Simbol/Logo
d. Tipografi
2.2.4 Daya Tarik Warna
Warna merupakan perangsang yang paling penting yang
menciptakan daya tarik visual dan daya tarik pada calon konsumen. Hal ini
merupakan bagian yang sangat penting dari desain sebuah kemasan. Klimcuck dan
Krasovec (2006 : 107) berpendapat bahwa konsumen lebih mengidentifikasi warna
kemasan atau produk sebelum fitur visual lainnya. Warna membedakan kepribadian,
menarik perhatian ke atribut-atribut lainnya, dan memungkinkan untuk membuat
perbedaan dari kompetitor dalam lingkungan ritel yang ramai. Keputusan
pembelian sering dibuat berdasarkan hal tersebut. Hal ini menjadi sangat
penting mengingat pada pembeanjaan di supermarket atau minimarket karena dalam
satu rak pajang terdapat beberapa merek kemasan produk yang serupa, sehingga
hanya sedikit orang yang mempunyai waktu untuk mempertimbangkan dengan matang
dan disitulah kemasan yang berdaya tarik pada calon konsumen menjadi kemasan
yang menjual.
Warna merupakan bagian penting dari dalam desain
kemasan dan bermanfaat dalam penjualan, menurut Natadjaja
(2002: 24) ada
beberapa manfaat warna bagi kemasan antara Iain:
a.
Sasaran pertama dari sebuah kemasan ialah mudah dilihat mata, dan warna
lah yang bisa mencapai ini.
b.
Efek psikologis dari warna membantu menjamin tingkat perhatian yang
maksimal.
c.
Warna kemasan harus rnempengaruhi orang untuk memandangnya dari dekat
dan membelinya.
d.
Warna dapat memudankan tulisan dibaca.
e.
Warna membantu mengkoordinasikan kemasan dengan bentuk promosi Iainya,
khususnya televisi.
2.2.5 Daya Tarik Struktur
Fisik / Bentuk
Bentuk sebuah kemasan merupakan pendorong utama
yang membantu menciptakan seluruh daya tarik visual. Namun, tidak ada prinsip
baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah kernasan karena ini biasanya
ditentukan oleh sifat produknya, pertimbangan mekanis, kondisi penjualan,
pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan tersebut.
Menurut Danger (Wirya,1999:28-30) .Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat
suatu bentuk antara lain:
a.
Bentuk yang sederhana Iebih disukai daripada bentuk yang rumit.
b.
Suatu bentuk yang teratur akan memiliki daya tarik lebih daripada yang
tidak teratur yang bisa mengakibatkan suatu hambatan mental seningga mendorong
calon konsumen beralin ke produk Iain.
c.
Suatu bentuk yang tidak seimbang tidak akan menyenangkan.
d.
Bujur sangkar lebih disukai daripada persegi panjang, dan kotak yang
mempunyai dasar bujur sangkar lebih disukai daripada yang tidak. Ini sangat
penting bila kemasan dikelompokkan bersama pada sebuah rak.
e.
Bentuk seharusnya menyentuh hati dan Iembut
f.
Sebuah bentuk yang cembung Iebih disukai daripada bentuk yang cekung,
yang berbentuk cembung memiliki kualitas perasaan mengundang seseorang untuk
mengambilnya.
g.
Bentuk bulat Iebih disukai para wanita daripada bentuk segitiga,
sedangkan bentuk yang bersiku lebih disukai lelaki.
h.
Bentuk seharusnya mudah terlihat dan tidak berdistorsi apabila
dipandang dari Iuar.
i.
Bentuk sebuah kemasan tentu saja berpengaruh terhadap penjualan, dan
pengalaman menunjukan bahwa perubahan bentuk dari sebuah kemasan menimbulkan
suatu perbedaan. Bentuk juga merupakan bagian dari desain, tetapi ditekankan
bahwa kebutuhan pemasaran harus merupakan preferensi dibanding pertimbangan
visual yang murni.
2.2.6
Daya Tarik Simbol / Logo
Istilah logo merupakan sebutan secara umum. Jika
dilihat lebih spesifik, logo bisa berupa rangkaian huruf, bentuk gambar, atau
gabungan huruf dan gambar. Logo yang berupa olahan huruf disebut logotype dan
logo yang berwujud gambar disebut logogram. Logo yang memuat rangkaian huruf
dan gambar tidak memiliki sebutan khusus. Secara lazim ketiga jenis simbol
tersebut disebut logo. Logo dibuat bukan sekedar sebagai merek dagang atau
simbol perusahaan, melainkan harus mampu merepresentasikan korporasi dan mampu
memberikan kepercayaan (trust) dalam tempo sesingkat mungkin. Logo harus mudah
diingat, mengesankan, berciri khas dan tidak terlalu rumit. Supriono, (2010 : 101).
Sedangkan menurut Rusrianto (2009 : 232) Logo atau
tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk
menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun
organisasi. Logotype atau tanda kata (word mark) merupakan nama lembaga,
perusahaan, atau produk yang ditampilkan dalam bentuk tulisan yang khusus untuk
menggambarkan ciri khas secara komersial. Selain membangun citra perusahaan,
logo juga sering kali dipergunakan untuk membangun spirit secara internal di
antara komponen yang ada dalam perusahaan tersebut. Sebuah logo yang baik dan
berhasil akan dapat menimbulkan sugesti yang kuat, membangun kepercayaan, dan
menjaga citra perusahaan pemilik logo tersebut. Selanjutnya, logo bahkan dapat
menjalin kesatuan dan solidaritas diantara anggota keluarga besar perusahaan
tersebut yang akhirnya mampu meningkatkan prestasi dan meraih sukses demi
kemajuan perusahaan. Menurut David E
Carter, pakar Corporate Identity dan
penulis buku The Big Book of Logo jilid 1, 2 dan 3, dari Amerika,
pertimbangan-pertimbangan tentang logo yang baik itu harus mencakup beberpa hal
sebagai berikut:
1.
Original dan Destinctive, atau memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan
daya pembeda yang jelas.
2.
Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun
diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda.
3.
Simple atau sederhana, dengan pengertian mudah ditangkap dan dimengerti
dalam waktu yang relatif singkat.
4.
Memorable, atau cukup mudah untuk diingat, karena keunikannya, bahkan
dalam kurun waktu yang relatif lama.
5.
Easly associated with the company, di mana logo yang baik akan mudah
dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan
atau organisasi.
6.
Easly adaptable for all graphic media. Disini, faktor kemudahan
mengaplikasikan (memasang) logo baik menyangkut bentuk fisik, warna maupun
konfigurasi logo pada berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat
proses pencanangan. Hal itu untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam
penerapannya.
2.2.7 Daya Tarik Tipografi
Dalam desain kemasan, tipografi adalah medium utama
untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan fakta produk bagi konsumen luas.
Pemilihan tipografi, tata letak, dan penerapan huruf dan kata-kata mempengaruhi
bagaimana cetakan dibaca. Akhirnya tipografi pada desain kemasan menjadi salah
satu elemen paling penting dari ekspresi visual produk.
Menurut klimchuck dan Krasovec (2006:92) Tipografi
dalam desain kemasan digunakan untuk mengkomunikasikan pesan pemasaran pada
media tiga dimensi dan awalnya terlihat dari kejauhan oleh konsumen masyarakat
dari berbagai latar budaya, sosial dan etnis yang berbeda dalam waktu yang
singkat, aturan tipografi diarahkan oleh masing-masing individu. Tipografi
dalam kemasan haruslah:
• Dapat dibaca dan mudah dibaca dari jarak beberapa
kaki jauhnya.
• Didesain pada skala dan bentuk struktur tiga
dimensi
• Dapat dimengerti oleh sejumlah pengamat yang
berbeda-beda latar belakangnya.
• Dapat dipercaya dan informatif dalam
mengkomunikasikan informasi produk.
Berbeda dari bentuk komunikasi dua dimensi, seperti
majalah atau buku, komposisi tipografi dalam desain kemasan tidaklah mempunyai
formula penggunaan system grid. Arsitektur tipografi berbeda-beda untuk setiap
desain kemasan dan ditentukan oleh banyak faktor termasuk bentuk dan ukuran
kemasan, deskripsi produk, kategori kompetisi, lingkungan ritel, posisi di rak,
dan ketentuan peraturan.
2.2.8 Elemen dalam Kemasan
Apapun struktur desain kemasan atau apapun material
yang dipakai (botol, toples, tabung, tube, tas, kantung atau kotak), terdapat
area yang dikhususkan untuk menempatkan identitas merek dan elemen-elemen
komunikasi utama. Area ini, disebut Panel Display Utama (Primary Display
Panel-PDP), terdapat di bagian depan desain kemasan. Ukuran dan bentuk PDP
meliputi area display yang merupakan aspek visual paling penting dari suatu
desain kemasan. PDP memgang peranan penting dalam tanggung jawab penjualan
desain kemasan di lingkurang retail yang ketat. Klimchuk dan Krasovec,( 2006 :
84)
Elemen yang diperlukan umumnya dalam sebuah kemasan
menurut Klimchuck dan Krasovec, (2006 : 85) antara lain adalah :
1. Tanda Merek
2.
Nama Merek
3. Nama Produk
4. Keterangan Komposisi (ingredient)
5. Berat Bersih
6. Informasi Nilai Gizi
7.
Tanggal Kadaluarsa, Peringatan Bahaya, Arahan Penggunaan, Dosis, Instruksi.
8. Ragam
Elemen-elemen yang diatur dengan desain menurut
Klimchuck dan Krasovec, (2006 : 85) meliputi :
1. Warna
2. Citra
3. Huruf
4. Ilustrasi
5. Sarana Grafis
6. Foto (noninformasi)
7. Simbol (noninformasi)
8. Ikon
9. Hirarki Visual
Menurut Klimchuck dan Krasovec, (2006 : 85), PDP
(Primary Display Panel) yang didesain ialah dapat :
• Mengkomunikasikan strategi pemasaran/merek secara
efektif
• Mengilustrasikan informasi produk secara jelas
•
Menekan informasi dengan hirarki dan tidak berserakan serta mudah dibaca.
• Menyarankan fungsi, penggunaan, dan tujuan produk
secara visual.
• Menjelaskan penggunaan dan cara pemakaian secara
efektif.
• Membedakan produk di rak dan dalam kaitannya
dengan ragam lain.
2.3 Pengertian Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran,
penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.
Menurut Kotler (2005:10): “Pemasaran adalah proses sosial yang dengan
proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk
dan jasa yang bernilai dengan pihak lain”.
Tujuan terakhir konsep pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuan
organisasinya. Tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh laba, sedangkan
organisasi publik dan nirlaba tujuan utamanya adalah agar bisa bertahan hidup
dan mampu menarik cukup dana guna melakukan pekerjaan yang bermanfaat.
Usaha untuk meningkatkan volume penjualan suatu barang atau jasa
dipengaruhi oleh factor-faktor yang ada didalam dan diluar perusahaan. Adapun
factor-faktor diluar perusahaan yang tidak dapat dikuasai atau diambil oleh
perusahaan adalah: kebijakan pemerintah, daya beli masyarakat, dan keadaan
perekonomian. Sedangkan factor-faktor yang ada di dalam perusahaan terdiri dari
empat faktor yang disebut dengan bauran pemasaran atau marketing mix.
Salah satunya Promosi (Promotion). Promosi merupakan berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkombinasikan manfaat dari
produknya dan untuk meyakinkan konsumen agar membelinya. Adapun kegiatan dari
promosi adalah periklanan (advertising), tenaga
penjualan (personal selling), promosi penjualan (sales
promotion), dan publisitas(publicity).
2.3.1 Pengertian Biaya
Menurut Bastian Bustomi and Nurlela (2009 : 7): “Biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”.
Biaya dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu :
a.
Biaya langsung yaitu
biaya yang dapat ditelusuri secara langsung kesasaran biaya atau objek biaya.
b.
Biaya tidak langsung
yaitu biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran biaya atau
objek biaya.
2.4 Pengertian Volume Penjualan
Penjualan merupakan tujuan utama dilakukannya kegiatan perusahaan.
Perusahaan, dalam menghasilkan barang/jasa, mempunyai tujuan akhir yaitu
menjual barang/jasa yersebut kepada masyarakat. Oleh karena itu, penjualan memegang
peranan penting bagi perusahaan agar produk agar produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dapat terjual dan memberikanpenghasilan bagi perusahaan. Penjualan
yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk menjual barang/jasa yang
diperlukan sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh
laba.
Kegiatan penjualan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh
perusahaan dengan memasarkan produknya baik berupa barang atau jasa. Kegiatan
pejualan yang dilaksanakan oleh perusahaan bertujuan untuk mencapai volume
penjualan yang diharapkan dan menguntungkan untuk mencapai laba maksimum bagi
perusahaan.
Berikut ini pengertian volume penjualan dikemukakan oleh Freddy Rangkuti
(2009 : 207) bahwa volume penjualan adalah pencapaian yang dinyatakan secara
kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk. Volume
penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya penjualan dan dapat
dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter.
Volume penjualan merupakan jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan
penjualan barang. Semakin besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan,
semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu
volume penjualan merupakan salah satu hal penting yang harus dievaluasi untuk
kemungkinan perusahaan agar tidak rugi. Jadi volume penjualan yang
menguntungkan harus menjadi tujuan utama perusahaan dan bukannya untuk
kepentingan volume penjualan itu sendiri.
Terdapat beberapa indikator dari volume penjualan yang dikutip dari Philip
Kotler oleh Basu Swastha (2008 : 404) yaitu :
1.
Mencapai volume
penjualan
2.
Mendapatkan laba
3.
Menunjang pertumbuhan
perusahaan
Dari definisi di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa volume penjualan adalah total penjualan yang
dinilai dengan unit oleh perusahaan dalam periode tertentu untuk mencapai laba
yang maksimal sehingga dapat menunjang pertumbuhan perusahaan.
Jumlah total yang
dihasilkan dari kegiatan penjualan barang dinamakan Volume Penjualan.
Menurut Freddy Rangkuti (2009 : 207), volume penjualan adalah pencapaian yang
dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu
produk. Volume penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya
penjualan dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter.
2.5 Perilaku Konsumen
1. Pengertian
Perilaku Konsumen
Konsumen
mungkin tidak responsif terhadap promosi penjualan kecuali ada sesuatu
didalamnya, dalam kenyataannya, memang ada. Semua teknik promosi akan memberi imbalan kepada konsumen (insentif
atau perangsang) yang mendorong bentuk perilaku tertentu yang diinginkan oleh
para pemasar. Shimp (2005: 34)
Pemasaran
kemasyarakatan adalah pengembangan, jadi bukan pengganti dari pemasaran
manajerial. Dalam pemasaran kemasyarakatan kita harus mengembangkan program
pemasaran yang mencakup merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan produk serta jasa untuk memuaskan keinginan konsumen. Stanton (2011 : 23).
Para
konsumen amat beraneka ragam menurut usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola
perpindahan tempat dan selera. Adalah bermanfaat bagi para pemasar untuk
membeda-bedakan kelompok konsumen yang memang berbeda, dan mengembangkan produk
dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen itu. Jika sebuah lapisan
atau segmen pasar cukup besar, beberapa perusahaan bisa menetapkan program
pemasaran khusus untuk melayani pasar ini. Kotler, ( 2010 : 27)
Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah
semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan
tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan produk dan jasa
setelah melakukan hal-hal tersebut diatas atau kegiatan mengevaluasi. Ada dua
elemen penting dari arti perilaku konsumen yaitu proses pengambilan keputusan
dan kegiatan fisik, yang kesemuanya itu melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa secara ekonomis.
Individu-individu yang melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan pribadinya
atau konsumsi rumah tangganya dapat dinamakan konsumen akhir. Tetapi bukan
berarti orang lain tidak terlibat dalam proses terjadinya pembelian,
bagaimanapun juga banyak orang yang akan terlibat dalam pengambilan keputusan
untuk membeli. Dimana masing-masing orang yang terlibat dan mempunyai peranan
sendiri-sendiri.
Berbagai
faktor yang mempengaruhi keadaaan aktual konsumen menurun dibawah tingkat yang
layak. Konsumen dapat mengalami kekurangan produk, seperti bensin atau pasta
gigi. Sejumlah faktor lainnya yang mempengaruhi keadaan aktual konsumen adalah
internal, seperti persepsi lapar, haus atau perlunya stimulasi. Stimulasi dari
luar juga dapat menyebabkan keadaan yang terpengaruh negatif. Orang yang akan
menerima kabar buruk atau berada didalam situasi yang tidak nyaman (misalnya,
situasi social yang baru). Keadaaan konsumen yang diinginkan dipengaruhi oleh
aspirasi dan lingkungan mereka. Mowen
dan Minor,( 2011 :31)
Pada
tahap permulaan, para pemasar dapat memperoleh suatu pengertian yang jelas
mengenai konsumen, melalui pengalaman sehari-hari pada waktu menjual sesuatu
kepada konsumen itu. Setelah perusahaan dan pasar semakin besar, hilanglah
peluang para pembuat keputusan pemasaran untuk dapat berhubungan langsung
dengan para pelanggan. Dalam tahap selanjutnya, para manajer itu berpaling pada
kegiatan penelitian konsumen. Mereka mengeluarkan biaya yang lebih besar
daripada apa yang pernah mereka belanjakan untuk mempelajari konsumen dalam
upaya mempelajari: Siapakah pembeli
itu? Bagaimana mereka membeli? Kapan mereka membeli? Dimana mereka membeli?
Mengapa mereka membeli?. Kotler,( 2009 :73).
Perilaku
konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang berhasrat mempengaruhi
atau mengubah perilaku tersebut, terutama yang kepentingan umumnya adalah
pemasaran, pendidikan, perlindungan konsumen dan kebijakan umum.
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen.
Ada
empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, Kotler & Armstrong, ( 2010 :79) yaitu, budaya, sosial, pribadi dan
psikologis. Faktor-faktor ini memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap
konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya.
a. Faktor Budaya.
Faktor
budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku, mencakup
budaya (kultur, sub budaya, dan kelas sosial). Budaya adalah susunan
nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota
suatu masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya. Setiap perilaku
konsumen dikendalikan oleh berbagai sistem nilai dan norma budaya yang berlaku
pada suatu daerah, untuk itu perusahaan harus tahu produknya itu dipasarkan
pada suatu daerah yang berkebudayaan bagaimana.
Sub
budaya (sub culture) adalah sekelompok orang dengan sistem nilai bersama
berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Kotler & Armstrong, ( 2010: 79). Sub kebudayaan meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok
ras, dan daerah geografis. Bagian pemasaran harus merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Kelas
sosial (social classes) adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif
permanen dan tersusun rapi dan anggota-anggotanya memiliki nilai-nilai, kepentingan
dan perilaku yang sama. Kotler
& Armstrong, ( 2010 :80). Kelas sosial tidak
ditentukan oleh satu faktor saja, misalnya pendapatan, tetapi ditentukan
sebagai suatu kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan kesejahteraan.
b. Faktor Sosial
Selain
faktor budaya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Kelompok acuan adalah
kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap perilaku
seseorang. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, dan anggota keluarga sangat mempengaruhi perilaku pembeli.
Sedangkan peran status seseorang yang Sberpartisipasi diberbagai kelompok akan membawa pada posisi
tertentu. Setiap orang akan menjalankan peran tertentu yang akan mempengaruhi
perilakunya, sehingga dimungkinkan adanya perilaku yang berbeda dalam setiap
peran. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan
oleh masyarakat. Seseorang sering kali memilih produk yang menunjukkan status
mereka dalam masyarakat.
c. Faktor pribadi.
Keputusan
seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur
pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan
kepribadian. Usia berhubungan erat dengan perilaku dan selera seseorang, dengan
bertambahnya usia seseorang diikuti pula dengan berubahnya selera terhadap
produk begitu juga dengan faktor pekerjaan dan keadaan ekonominya. Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan dari seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan
sedangkan kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari
setiap orang.
d. Faktor
Psikologis.
Faktor
psikologis yang mempengaruhi pilihan pembelian yaitu motivasi, persepsi,
pengetahuan serta keyakinan dan sikap. Motivasi adalah kebutuhan yang cukup
mendorong seseorang untuk bertindak, sedangkan persepsi adalah proses bagaimana
seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasikan masukan informasi untuk
menciptakan gambaran yang berarti. Pengetahuan atau pembelajaran diartikan
sebagai perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif
yang dianut seseorang tentang suatu hal, sedangkan sikap diartikan sebagai
evaluasi, perasaan, emosional, dan tindakan seseorang terhadap suatu objek atau
gagasan.
Dalam
perilaku konsumen yang dipengaruhi faktor budaya, sosial, pribadi dan
psikologis dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelian suatu produk
khususnya dalam pengambilan keputusan. Para pembeli dipengaruhi oleh empat
faktor tersebut meskipun pengaruhnya pada setiap konsumen berbeda-beda.
Untuk itu dalam melakukan promosi,
perusahaan harus mempertimbangkan keempat faktor tersebut. Strategi promosi
yang dilakukan perusahaan akan menjadi lebih efektif dan efisien dalam
mempengaruhi konsumen dengan mempertimbangkan perilaku konsumen yang menjadi
sasaran produknya.
3. Tahap-tahap
Proses Pembelian
Tahap-tahap
proses keputusan pembelian dapat digambarkan dalam sebuah model di bawah ini. Philip
Kotler, ( 2010 :56) pada gambar 1.
Perilaku Setelah
pembelian
|
Keputusan
pembelian
|
Evaluasi
alternatif
|
Pencarian
informasi
|
Pengenalan
kebutuhan
|
Gambar 1. Model
Lima Tahap Proses Membeli
Model
ini mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima tahap dalam melakukan
pembelian. Kelima tahap diatas tidak selalu terjadi, khususnya dalam pembelian
yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian. Para konsumen
dapat melewati beberapa tahap dan urutannya tidak sesuai.
a. Pengenalan
masalah
Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan
pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan
yang diinginkanya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam
diri pembeli atau dari luar. Misalnya kebutuhan orang normal adalah haus dan
lapar akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi
suatu dorongan berdasarkan pengalaman ynag sudah ada.
b. Pencarian
informasi
Konsumen
mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi sehubungan dengan
kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari informasi tergantung pada
kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang dimiliki, kemudahan
memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan
mencari informasi. Biasanya jumlah kegiatan mencari informasi meningkat tatkala
konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah yang terbatas
kepemecahan masalah yang maksimal.
c. Evaluasi
alternatif
Informasi
yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih
jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik
masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal
informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk
merek dan keputusan untuk membeli.
d. Keputusan
pembelian
Produsen
harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam menangani informasi
yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif yang harus dipilih
atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan dibeli.
e. Perilaku
setelah pembelian
Apabila
barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan
merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap negatif, bahkan
mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya bila konsumen mendapat
kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk membeli terhadap merek
barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat. Produsen harus mengurangi
perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap suatu produk dengan cara
membantu konsumen menemukan informasi yang membenarkan
pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-orang yang baru
saja membeli produk.
2.7
Hipotesis
Hipotesis
merupakan pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum
benar-benar berstatus sebagai tesis (Soeratno Arsyad, 2010 :22).
Berdasarkan rumusan masalah dan
kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas maka dapat diajukan Hipotesisnya
sebagai berikut:
Hipotesis
tersebut baru dapat diuji kebenarannya lewat penganalisisan dan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis mengangkat hipotesis yaitu diduga bahwa rasa dan
kemasan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan volume penjualan.
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi,
Objek, dan Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi
penelitian ditentukan secara sengaja yaitu di wilayah seputar kota Grong-Grong,kabupaten
pidie. Pertimbangan pemilihan lokasi adalah masyarakat wilayah seputar kota
Grong-Grong,kabupaten pidie merupakan masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi
arafit gunadila Grong-Grong dengan mempertimbangkan beberapa hal.
Objek
penelitian adalah wilayah seputar kota Grong-Grong dalam hal ini adalah
masyarakat seputar kota Grong-Grong yang biasa mengkonsumsi arafit gunadila
Grong-Grong untuk dilakukan wawancara dan diberikan kuesipner terutama dalam
mengupulkan data-data yang diperlukan.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 populasi
populasi
adalah kesuluruhan unsur yang menjadi objek penelitian, Arikunto. S, ( 2006 : 94).
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang membeli
arafit gunadila yang ada di seputaran kota Grong-Grong.
3.2.2
Sampel
Menurut
Sudjana ( 2002 : 6), sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi atau
sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang hendak diteliti.
Untuk
melakukan sebuah penelitian, tidak harus diteliti keseluruhan anggota populasi yang ada. Sampel
adalah subset dari populasi atau beberapa
anggota dari populasi yang diamati (Ferdinand,
2006).
Dengan meneliti sebagian populasi, diharapkan dapat
memperoleh hasil yang dapat
menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan.
Teknik Penentuan Ukuran Sampe
n =
jumlah sampel
Zα/ 2 =
nilai yang didapat
dari tabel normal
atas tingkat keyakinan
Dalam penelitian ini tingkat keyakinan ditentukan 95%,
maka nilai Zα/2 adalah 1,96 dan
tingkat kesalahan penarikan sampel sebesar 10%, sehingga diperoleh besaran sampel :
n
= 96,64
Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih responden
agar dapat representative mewakili
penelitian dengan menggunakan accidental sampling yaitu mengambil responden sebagai
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai
sumber data (Sugiyono 2004). Pada penelitian ini digunakan sampel
sebanyak 100 agar penelitian ini lebih
fit. Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil
sampel yang besar dan jauh. Keuntungan
dari pada teknik ini adalah
terletak pada ketepatan
peneliti memilih sumber
data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002)
0 Response to "Contoh Skripsi Jurusan Ekonomi"
Post a Comment