Contoh Skripsi Jurusan Ekonomi

Contoh Skripsi Jurusan Ekonomi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang Masalah
Keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan merupakan kenyataan yang dapat dialami oleh suatu usaha. Dunia usaha berisi dengan persaingan, peluang, tantangan, kegairahan maupun kelesuan yang dapat menyebabkan naik turunnya suatu usaha. Oleh karena itu, sudah seharusnyalah seorang usahawan jeli dalam melihat suatu peluang dan memanfaatkannya, karena dunia usaha yang penuh tantangan dan kegairahan tidak selalu akan berakhir dengan membawa suatu kesuksesan. Dalam era globalisasi ini, persaingan tidak hanya terbatas secara lokal (daerah tertentu) dan nasional saja, namun sudah secara global, hal ini mengakibatkan semakin banyak variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu bisnis.
           Rasa hanya akan dibuktikan oleh lidah. Sebelum sampai ke mulut, tak seorang pun bisa menjamin suatu makanan enak. Paling-paling hanya berdasarkan rekomendasi orang lain yang pernah mencicipinya atau dari bentuk, penampilan dan kemasannya.
Ya, ketika tidak ada orang lain merekomendasikan enak tidaknya suatu makanan, maka bentuk dan warna makanan tersebut akan sangat membantu orang untuk ingin mencicipinya. Walaupun sesudah dimakan, mungkin rasanya tak seindah penampilannya.
Dalam bisnis jajanan seperti arafit, tampilan dan kemasan merupakan dua unsur penting agar produk yang dihasilkan mendapatkan pasar yang baik. Selain itu tentu saja higienis atau kebersihannya. Kebersihan produk, kebersihan tempat menjual dan juga kebersihan si penjual itu sendiri. Para pengusaha kecil jajanan di Aceh tak ada salahnya mencontoh bagaimana menampilkan jajanan agar terlihat menarik dan menggugah selera, mulai dari bentuk, warna hingga kemasannya. Meski jajanan yang sama, tetapi bila ditampilkan berbeda tentu akan lebih menarik bagi pembeli. Tentu saja rasa tetap yang nomor satu.Apalah artinya tampilan menarik kalau rasanya tak enak.
Pada dasarnya dengan semakin banyaknya pesaing maka semakin banyak pula pilihan bagi pelanggan untuk dapat memilih produk yang sesuai dengan apa yang menjadi harapannya. Sehingga konsekuensi dari perubahan tersebut adalah pelanggan lebih cermat dan pintar dalam menghadapi setiap produk yang diluncurkan di pasar. Masyarakat kini mulai berfikir selektif dan pintar dalam memilih suatu produk, sehingga mereka akan mendapatkan kegunaan atau manfaat yang mereka cari dari sebuah produk. Bahkan, terkadang mereka tidak ragu untuk mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan produk yang berkualitas.
Menu makanan yang tersedia kadang kala tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi, dengan arti lain kualitas dari suatu produk makanan sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan kosumen terhadap makanan tersebut. Umumnya pengolahan makanan selalu berusaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik. Kualitas makanan adalahkeseluruhan sifat-sifat dari makanan tersebut yang berpengaruh terhadap konsumen.
Untuk dapat tercapainya tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu cara agar kemasan produk dan produk yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan selera konsumen, dengan cara melakukan pengembangan produk dalam bentuk penciptaan produk baru, meningkatkan kualitas produk maupun peningkatan kualitas kemasan yang disesuaikan dengan selera, dan keinginan konsumen.
Dengan melakukan pengemasan produk yang baik dan disukai oleh konsumen yaitu kemasan yang dapat melindungi produk dari sinar matahari, benda tajam bahkan kemasan yang memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan. Selain itu kemasan mempunyai daya tarik, sehingga dapat dijadikan alat promosi yang diharapkan dan dapat digunakan sebagai alat untuk menghadapi para pesaing, juga dapat mendongkrak volume penjualan, sehingga dapat memberikan dampak yang baik bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Keputusan mengenai pengemasan kebanyakan didasarkan dengan pertimbangan-pertimbangan biaya dan produksi. Akan tetapi pada masa sekarang ini, ada berbagai macam faktor yang telah memungkinkan meningkatkan kemakmuran konsumen berarti konsumen bersedia membayar lebih mahal untuk kenyamanan, penampilan, keandalan dan gengsi dari kemasan yang menarik, semakin banyaknya produk yang dijual secara swalayan di pasar serba toko-toko dan kesediaan pengecer untuk menjual produk dengan kemasan yang praktis saja.
Salah satu produk yang dikonsumsi oleh masyarakat di provinsi aceh adalah arafit, arafit merupakan makanan cemilan bagi para masyarakat Aceh terutama masyarakat di seputar kota Grong-Grong. Seperti di ketahui banyak produk arafit yang di jual dengan berbagai cita rasa dan kemasan.Hal tersebut akan memberikan pengaruh kepada konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi arafit.
Sehubungan dengan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengandalkan penelitian dengan mengambil judul “ Pengaruh cita rasa dan kemasan terhadap volume penjualan arafit gunadila di grong-grong ” 
1.2.      Perumusan Masalah
            Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini  adalah:
1.      Apakah Cita Rasa memberikan pengaruh terhadap volume penjualan Arafit Gunadila Di Grong-Grong?
2.      Apakah Kemasan memberikan pengaruh terhadap volume penjualan Arafit Gunadila Di Grong-Grong?

1.3.      Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian adalah :
1.      Untuk mengetahui pengaruh Cita Rasa terhadap volume penjualan Arafit Gunadila Di Grong-Grong?
2.      Untuk mengetahui pengaruh Kemasan terhadap volume penjualan Arafit Gunadila Di Grong-Grong?
1.4.      Manfaat Penelitian
            Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini tentang Pengaruh cita rasa dan kemasan terhadap volume penjualan arafit gunadila di grong-grong antara lain adalah :
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang cita rasa dan kemasan terhadap volume penjualan.
2.      Bagi pemilik usaha dapat diketahuinya pengaruh cita rasa dan kemasan terhadap volume penjualan.
3.      Diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi referensi bagi para penelitian selanjutnya.










BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1       Pengertian Cita Rasa
Anonim (2011 : 21) Cita Rasa adalah suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa (taste) makanan tersebut. Cita rasa merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur, dan suhu. Cita rasa merupakan bentuk kerja sama dari kelima macam indera manusia, yakni perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran. Rasa sendiri merupakan hasil kerja pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi, kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari cita rasa.
            Basu swasta dan Rawan, (2008:140). Salah satu hal yang mempengaruhi konsumen dalam membeli suatu produk makanan adalah rasa. Dalam hal ini rasa sangat erat dengan selera konsumen. Selera konsumen antara individu yang satu dengan yang lainnya  dipengaruhi faktor sosial ekonomi, faktor kebudayaan dan non demografi, Selera konsumen cenderung stabil dalam jangka pendek akan tetap dan akan berubah dalam jangka waktu yang lama.
Ada kalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi, dengan arti lain kualitas dari suatu produk makanan sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan kosumen terhadap makanan tersebut. Umumnya pengolahan makanan selalu berusaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik. Kualitas makanan adalah keseluruhan sifat-sifat dari makanan tersebut yang berpengaruh terhadap konsumen. Definisi bahan makanan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur flavor dan memperpanjang daya simpan, Wahida (2010:19).

2.1.1    Komponen-Komponen Cita Rasa
Kompleksitas suatu cita rasa dihasilkan oleh keragaman persepsi alamiah. Cita rasa dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu bau, rasa, dan rangsangan mulut (panas dan dingin). Faktor yang pertama dapat dideteksi oleh indera pencium dan dua faktor yang disebutkan terakhir dapat dideteksi oleh sel-sel sensorik pada lidah. Wahidah (2010 :31)
1.      Bau
Bau merupakan salah satu komponen cita rasa pada makanan, yaitu memberikan aroma atau bau, maka dapat mengetahui rasa dari makana tersebut. Dimana bau ini dikenal dengan menggunakan hidung. Apabila bau makanan berubah maka tentu saja akan berpengaruh pada rasa. Bau tengik atau alkohol yang disebabkan oleh bahan makanan tersebut telah lama disimpan yang telah terkontaminasi dengan udara luar.
            Bau makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut. Dalam hal bau lebih banyak sangkut pautnya denga alat panca indera penciuman. Bau-bauan baru dapat dikenali bila berbentuk uap, dan molekul-molekul komponen bau tersebut harus sempat menyentuh siliah sel olfactory, dan meneruskan ke otak dalam bentuk influks listrik oleh ujung-ujung sel olfactory.
2.      Rasa
Rasa berbeda dengan bau dan lebih banyak melibatkan panca indera lidah. Rasa dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecepan yang terletak pada papilla yaitu bagian noda darah jingga pada lidah. pada anak kuncup-kuncup perasa tersebut selain terletak di lidah juga terletak pada farinx,pelata bagian langit-langit yang lunak maupun keras.
Papilla yang lain adalah papila foliatadi bagian pinggir lidah dan apabila sirkumvalata yang melintang di lidah bagian belakang dan berbentuk huruf V. semuanya mempunyai kuncup cecapan, sedang bagian tengah lidah tidak. Papilia filiform tifak mengandung kuncup-kuncup cecapan tetapi peka terhadap sentuhan.

3.      Rangsangan Mulut
Selain dari komponen-komponen cita rasa tersebut diatas, komponen yang juga penting adalah timbulnya perasaan seseorang setelah menelan suatu makanan. Bahan makanan yang mempunyai sifat merangsang syaraf perasa dibawah kulit muka, lidah, maupun gigi akan menimbulkan perasaan tertentu. Misalnya bila seseorang mencium bau ammonia, selian bau yang merangsang juga akan menimbulkan perasaan bahwa bau tersebut tajam (sharp). Contoh lain misalnya rempah-rempah yang menimbulkan kesan panas atau kesan dingin yang ditimbulkan oleh permen pedas.
Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa perubahan tekstur atau viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsanngan terhadapa sel reseptor olfaktori dan klelnjar air liur. Semakin kentalk suatu bahan, penerimaan terhadap intensitas rasa, bau dan cita rasa semakin berkurang. Penambahan zat-zat pengental seperti CMC (Carboxy Methyl Cellulose) adapat mengurangi rasa asam sitrat, rasa pahit kafein, ataupun rasa manis sukrosa; sebaliknya akan meningkatkan rasa asin NaCl dan rasa manis sakarin. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor; suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.
2.2       Pengertian Kemasan 
Kemasan adalah wadah atau pembungkus untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan,disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan dan getaran).
Kotler dan Amstrong, (2010 :190) mendefinisikan “packaging involves designing and producing the container or wrapper for a product” yang artinya adalah proses kemasan melibatkan kegiatan mendesain dan memproduksi, fungsi utama dari kemasan sendiri yaitu untuk melindungi produk agar produk tetap terjaga kualitasnya.
Menurut Kotler, (2010 : 200) pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk.
Menurut Kotler dan Keller, (2012 :1998), Kemasan yang baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan.
Aspek - aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang kemasan antara lain:
a.       Mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan pelengkap citra diri dan mempengaruhi calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang yang dikemasnya.
b.      Kemasan mempunyai kemudahan dalam tanpa mengurangi mutu ketahanannya dalam melindungi barang.
c.       Desain Iuar kemasan harus sesegera mungkin menimbulkan kesan yang benar tentang jenis isi barang yang dikemas.
d.      Perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga efisien dan tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman Serta penempatan, dernikian pula penyusunan dalam lemari pajang.
e.       Melalui bentuk dan tata desain yang dimilikinya kemasan berfungsi sebagai alat pemasar untuk mempertinggi daya jual barang. Dalam fungsi ini desain bentuk-kemasan harus mendapat dukungan penuh dari unsur desain grafisnya, sehingga bentuk kemasan selain menarik harus dapat menyampaikan keterangan dan pesan-pesannya sendiri.
2.2.1    Prinsip Dasar Kemasan
Dalam desain kemasan, prinsip dasar desain disesuaikan untuk memenuhi tujuan setiap tugas-tugas desain. Panduan ini membantu mendefinisikan bagaimana warna, tipografi, struktur, dan citra diaplikasikan dalam suatu tata letak desain untuk menciptakan kesan keseimbangan, intensitas, proporsi, dan penampilan yang tepat.
Inilah yang membuat elemen-elemen desain membentuk atribut komunikatif suatu desain kemasan. Ada banyak variabel yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa desain kemasan menarik konsumen. Periset konsumen menghabiskan waktu yang banyak untuk menganalisis variabel-variabel ini. Dari suatu perspektif desain murni (memindahkan variabel pemasaran lain seperti harga, lokasi, dan kesetiaan merek) terdapat elemen-elemen penting yang menangkap perhatian konsumen dengan sangat baik dan menerobos kerumunan visual dalam kompetisi ritel. Klimchuk dan Krasovec, (2006 : 82).
2.2.2    Fungsi-fungsi Kemasan 
Fungsi-fungsi kemasan menurut , Setiadi (2005:46)
a. Kemasan berfungsi sebagai informasi, sehingga desain kemasan harus jujur dan memberikan informasi tentang produk. Artinya kemasan harus sesuai dengan desain yang tertera pada kemasan dengan isinya.
b. Kemasan memiliki fungsi sebagai pelindung produk serta memiliki fungsi kepraktisan yang harus sesuai dengan pandangan konsumen.
c. Kemasan memilki fungsi branding/merek sebagai sarana komunikasi citra dan posisi produk dipasar
2.2.3    Daya Tarik dalam Kemasan
Setiap kemasan harus memiliki daya tarik bagi pelangan jika Kemasan tersebut diharapkan berfungsi dengan baik, hal ini sangat penting sekali pada penjualan di supermarket yang ketentuannya adalah memilih produk sendiri, sehingga kemasan harus menjual langsung kepada pembeli dari Iemari pajang. Kemasan harus menarik untuk dilinat dan menggugah calon konsumen untuk menjangkau dan mengambilnya, seperti yang dipaparkan Danger (1992 : 21) Kemasan sebaiknya bisa memberi keyakinan pada calon konsumen, harus menjual dengan tepat, dan harus menjamin produk menjual dirinya sendiri.  Masyarakat secara keseluruhan beraksi dibawah kesadaran pada rangsangan tertentu dan massa yang besar dimotivasi dengan pertimbangan yang sama yang harus diperhitungkan dalam desain. Danger, (1992 : 21).
 Menurut Klimchuck dan Krasovec dalam buku Desain Kemasan (2006 : 82) ada empat penarik perhatian utama yaitu:
a. Warna
b. Struktur Fisik atau Bentuk
c. Simbol/Logo
d. Tipografi
2.2.4    Daya Tarik Warna 
Warna merupakan perangsang yang paling penting yang menciptakan daya tarik visual dan daya tarik pada calon konsumen. Hal ini merupakan bagian yang sangat penting dari desain sebuah kemasan. Klimcuck dan Krasovec (2006 : 107) berpendapat bahwa konsumen lebih mengidentifikasi warna kemasan atau produk sebelum fitur visual lainnya. Warna membedakan kepribadian, menarik perhatian ke atribut-atribut lainnya, dan memungkinkan untuk membuat perbedaan dari kompetitor dalam lingkungan ritel yang ramai. Keputusan pembelian sering dibuat berdasarkan hal tersebut. Hal ini menjadi sangat penting mengingat pada pembeanjaan di supermarket atau minimarket karena dalam satu rak pajang terdapat beberapa merek kemasan produk yang serupa, sehingga hanya sedikit orang yang mempunyai waktu untuk mempertimbangkan dengan matang dan disitulah kemasan yang berdaya tarik pada calon konsumen menjadi kemasan yang menjual.
Warna merupakan bagian penting dari dalam desain kemasan dan bermanfaat dalam penjualan, menurut Natadjaja (2002: 24) ada beberapa manfaat warna bagi kemasan antara Iain:
a.       Sasaran pertama dari sebuah kemasan ialah mudah dilihat mata, dan warna lah yang bisa mencapai ini.
b.      Efek psikologis dari warna membantu menjamin tingkat perhatian yang maksimal. 
c.       Warna kemasan harus rnempengaruhi orang untuk memandangnya dari dekat dan membelinya. 
d.      Warna dapat memudankan tulisan dibaca.
e.       Warna membantu mengkoordinasikan kemasan dengan bentuk promosi Iainya, khususnya televisi.
2.2.5    Daya Tarik Struktur Fisik / Bentuk 
Bentuk sebuah kemasan merupakan pendorong utama yang membantu menciptakan seluruh daya tarik visual. Namun, tidak ada prinsip baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah kernasan karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produknya, pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan tersebut.
Menurut Danger (Wirya,1999:28-30) .Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu bentuk antara lain:
a.       Bentuk yang sederhana Iebih disukai daripada bentuk yang rumit.  
b.      Suatu bentuk yang teratur akan memiliki daya tarik lebih daripada yang tidak teratur yang bisa mengakibatkan suatu hambatan mental seningga mendorong calon konsumen beralin ke produk Iain.
c.       Suatu bentuk yang tidak seimbang tidak akan menyenangkan.
d.      Bujur sangkar lebih disukai daripada persegi panjang, dan kotak yang mempunyai dasar bujur sangkar lebih disukai daripada yang tidak. Ini sangat penting bila kemasan dikelompokkan bersama pada sebuah rak.
e.       Bentuk seharusnya menyentuh hati dan Iembut
f.       Sebuah bentuk yang cembung Iebih disukai daripada bentuk yang cekung, yang berbentuk cembung memiliki kualitas perasaan mengundang seseorang untuk mengambilnya.
g.      Bentuk bulat Iebih disukai para wanita daripada bentuk segitiga, sedangkan bentuk yang bersiku lebih disukai lelaki.
h.      Bentuk seharusnya mudah terlihat dan tidak berdistorsi apabila dipandang dari Iuar.
i.        Bentuk sebuah kemasan tentu saja berpengaruh terhadap penjualan, dan pengalaman menunjukan bahwa perubahan bentuk dari sebuah kemasan menimbulkan suatu perbedaan. Bentuk juga merupakan bagian dari desain, tetapi ditekankan bahwa kebutuhan pemasaran harus merupakan preferensi dibanding pertimbangan visual yang murni.
2.2.6        Daya Tarik Simbol / Logo
Istilah logo merupakan sebutan secara umum. Jika dilihat lebih spesifik, logo bisa berupa rangkaian huruf, bentuk gambar, atau gabungan huruf dan gambar. Logo yang berupa olahan huruf disebut logotype dan logo yang berwujud gambar disebut logogram. Logo yang memuat rangkaian huruf dan gambar tidak memiliki sebutan khusus. Secara lazim ketiga jenis simbol tersebut disebut logo. Logo dibuat bukan sekedar sebagai merek dagang atau simbol perusahaan, melainkan harus mampu merepresentasikan korporasi dan mampu memberikan kepercayaan (trust) dalam tempo sesingkat mungkin. Logo harus mudah diingat, mengesankan, berciri khas dan tidak terlalu rumit. Supriono, (2010 : 101).
Sedangkan menurut Rusrianto (2009 : 232) Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Logotype atau tanda kata (word mark) merupakan nama lembaga, perusahaan, atau produk yang ditampilkan dalam bentuk tulisan yang khusus untuk menggambarkan ciri khas secara komersial. Selain membangun citra perusahaan, logo juga sering kali dipergunakan untuk membangun spirit secara internal di antara komponen yang ada dalam perusahaan tersebut. Sebuah logo yang baik dan berhasil akan dapat menimbulkan sugesti yang kuat, membangun kepercayaan, dan menjaga citra perusahaan pemilik logo tersebut. Selanjutnya, logo bahkan dapat menjalin kesatuan dan solidaritas diantara anggota keluarga besar perusahaan tersebut yang akhirnya mampu meningkatkan prestasi dan meraih sukses demi kemajuan perusahaan.  Menurut David E Carter, pakar Corporate Identity  dan penulis buku The Big Book of Logo jilid 1, 2 dan 3, dari Amerika, pertimbangan-pertimbangan tentang logo yang baik itu harus mencakup beberpa hal sebagai berikut:
1.      Original dan Destinctive, atau memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan daya pembeda yang jelas.
2.      Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda.
3.      Simple atau sederhana, dengan pengertian mudah ditangkap dan dimengerti dalam waktu yang relatif  singkat.
4.      Memorable, atau cukup mudah untuk diingat, karena keunikannya, bahkan dalam kurun waktu yang relatif lama.
5.      Easly associated with the company, di mana logo yang baik akan mudah dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan atau organisasi.
6.      Easly adaptable for all graphic media. Disini, faktor kemudahan mengaplikasikan (memasang) logo baik menyangkut bentuk fisik, warna maupun konfigurasi logo pada berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat proses pencanangan. Hal itu untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam penerapannya. 

2.2.7    Daya Tarik Tipografi
Dalam desain kemasan, tipografi adalah medium utama untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan fakta produk bagi konsumen luas. Pemilihan tipografi, tata letak, dan penerapan huruf dan kata-kata mempengaruhi bagaimana cetakan dibaca. Akhirnya tipografi pada desain kemasan menjadi salah satu elemen paling penting dari ekspresi visual produk. 
Menurut klimchuck dan Krasovec (2006:92) Tipografi dalam desain kemasan digunakan untuk mengkomunikasikan pesan pemasaran pada media tiga dimensi dan awalnya terlihat dari kejauhan oleh konsumen masyarakat dari berbagai latar budaya, sosial dan etnis yang berbeda dalam waktu yang singkat, aturan tipografi diarahkan oleh masing-masing individu. Tipografi dalam kemasan haruslah:
• Dapat dibaca dan mudah dibaca dari jarak beberapa kaki jauhnya.
• Didesain pada skala dan bentuk struktur tiga dimensi
• Dapat dimengerti oleh sejumlah pengamat yang berbeda-beda latar belakangnya.
• Dapat dipercaya dan informatif dalam mengkomunikasikan informasi produk.
Berbeda dari bentuk komunikasi dua dimensi, seperti majalah atau buku, komposisi tipografi dalam desain kemasan tidaklah mempunyai formula penggunaan system grid. Arsitektur tipografi berbeda-beda untuk setiap desain kemasan dan ditentukan oleh banyak faktor termasuk bentuk dan ukuran kemasan, deskripsi produk, kategori kompetisi, lingkungan ritel, posisi di rak, dan ketentuan peraturan.

2.2.8   Elemen dalam Kemasan
Apapun struktur desain kemasan atau apapun material yang dipakai (botol, toples, tabung, tube, tas, kantung atau kotak), terdapat area yang dikhususkan untuk menempatkan identitas merek dan elemen-elemen komunikasi utama. Area ini, disebut Panel Display Utama (Primary Display Panel-PDP), terdapat di bagian depan desain kemasan. Ukuran dan bentuk PDP meliputi area display yang merupakan aspek visual paling penting dari suatu desain kemasan. PDP memgang peranan penting dalam tanggung jawab penjualan desain kemasan di lingkurang retail yang ketat. Klimchuk dan Krasovec,( 2006 : 84)
Elemen yang diperlukan umumnya dalam sebuah kemasan menurut Klimchuck dan Krasovec, (2006 : 85) antara lain adalah : 
1. Tanda Merek
           2. Nama Merek
3. Nama Produk
4. Keterangan Komposisi (ingredient)
5. Berat Bersih
6. Informasi Nilai Gizi
7. Tanggal Kadaluarsa, Peringatan Bahaya, Arahan Penggunaan, Dosis, Instruksi.
8. Ragam
Elemen-elemen yang diatur dengan desain menurut Klimchuck dan Krasovec, (2006 : 85) meliputi :
1. Warna
2. Citra
3. Huruf 
4. Ilustrasi
5. Sarana Grafis
6. Foto (noninformasi)
7. Simbol (noninformasi)
8. Ikon
9. Hirarki Visual 
Menurut Klimchuck dan Krasovec, (2006 : 85), PDP (Primary Display Panel) yang didesain ialah dapat :
• Mengkomunikasikan strategi pemasaran/merek secara efektif
• Mengilustrasikan informasi produk secara jelas
• Menekan informasi dengan hirarki dan tidak berserakan serta mudah dibaca.
• Menyarankan fungsi, penggunaan, dan tujuan produk secara visual.
• Menjelaskan penggunaan dan cara pemakaian secara efektif.
• Membedakan produk di rak dan dalam kaitannya dengan ragam lain.
2.3       Pengertian Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.
Menurut Kotler (2005:10): “Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain”.
Tujuan terakhir konsep pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuan organisasinya. Tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh laba, sedangkan organisasi publik dan nirlaba tujuan utamanya adalah agar bisa bertahan hidup dan mampu menarik cukup dana guna melakukan pekerjaan yang bermanfaat.
Usaha untuk meningkatkan volume penjualan suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh factor-faktor yang ada didalam dan diluar perusahaan. Adapun factor-faktor diluar perusahaan yang tidak dapat dikuasai atau diambil oleh perusahaan adalah: kebijakan pemerintah, daya beli masyarakat, dan keadaan perekonomian. Sedangkan factor-faktor yang ada di dalam perusahaan terdiri dari empat faktor yang disebut dengan bauran pemasaran atau marketing mix. Salah satunya Promosi (Promotion). Promosi merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkombinasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen agar membelinya. Adapun kegiatan dari promosi adalah periklanan (advertising), tenaga penjualan (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), dan publisitas(publicity).
2.3.1    Pengertian Biaya
Menurut Bastian Bustomi and Nurlela (2009 : 7): “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”.
Biaya dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a.              Biaya langsung yaitu biaya yang dapat ditelusuri secara langsung kesasaran biaya atau objek biaya.
b.             Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke sasaran biaya atau objek biaya.
2.4       Pengertian Volume Penjualan
Penjualan merupakan tujuan utama dilakukannya kegiatan perusahaan. Perusahaan, dalam menghasilkan barang/jasa, mempunyai tujuan akhir yaitu menjual barang/jasa yersebut kepada masyarakat. Oleh karena itu, penjualan memegang peranan penting bagi perusahaan agar produk agar produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat terjual dan memberikanpenghasilan bagi perusahaan. Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk menjual barang/jasa yang diperlukan sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh laba.
Kegiatan penjualan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh perusahaan dengan memasarkan produknya baik berupa barang atau jasa. Kegiatan pejualan yang dilaksanakan oleh perusahaan bertujuan untuk mencapai volume penjualan yang diharapkan dan menguntungkan untuk mencapai laba maksimum bagi perusahaan. 
Berikut ini pengertian volume penjualan dikemukakan oleh Freddy Rangkuti (2009 : 207) bahwa volume penjualan adalah pencapaian yang dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk. Volume penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya penjualan dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter.
Volume penjualan merupakan jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan barang. Semakin besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan, semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu volume penjualan merupakan salah satu hal penting yang harus dievaluasi untuk kemungkinan perusahaan agar tidak rugi. Jadi volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan utama perusahaan dan bukannya untuk kepentingan volume penjualan itu sendiri. 
Terdapat beberapa indikator dari volume penjualan yang dikutip dari Philip Kotler oleh Basu Swastha (2008 : 404) yaitu :
1.             Mencapai volume penjualan
2.             Mendapatkan laba
3.             Menunjang pertumbuhan perusahaan
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa volume penjualan adalah total penjualan yang dinilai dengan unit oleh perusahaan dalam periode tertentu untuk mencapai laba yang maksimal sehingga dapat menunjang pertumbuhan perusahaan.
Jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan barang dinamakan  Volume Penjualan. Menurut Freddy Rangkuti (2009 : 207), volume penjualan adalah pencapaian yang dinyatakan secara kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk. Volume penjualan merupakan suatu yang menandakan naik turunnya penjualan dan dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter.

2.5       Perilaku Konsumen
1.      Pengertian Perilaku Konsumen
Konsumen mungkin tidak responsif terhadap promosi penjualan kecuali ada sesuatu didalamnya, dalam kenyataannya, memang ada. Semua teknik promosi akan memberi imbalan kepada konsumen (insentif atau perangsang) yang mendorong bentuk perilaku tertentu yang diinginkan oleh para pemasar. Shimp (2005: 34)
Pemasaran kemasyarakatan adalah pengembangan, jadi bukan pengganti dari pemasaran manajerial. Dalam pemasaran kemasyarakatan kita harus mengembangkan program pemasaran yang mencakup merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk serta jasa untuk memuaskan keinginan konsumen. Stanton (2011 : 23).
Para konsumen amat beraneka ragam menurut usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola perpindahan tempat dan selera. Adalah bermanfaat bagi para pemasar untuk membeda-bedakan kelompok konsumen yang memang berbeda, dan mengembangkan produk dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen itu. Jika sebuah lapisan atau segmen pasar cukup besar, beberapa perusahaan bisa menetapkan program pemasaran khusus untuk melayani pasar ini. Kotler, ( 2010 : 27)
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal tersebut diatas atau kegiatan mengevaluasi. Ada dua elemen penting dari arti perilaku konsumen yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, yang kesemuanya itu melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa secara ekonomis. Individu-individu yang melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumsi rumah tangganya dapat dinamakan konsumen akhir. Tetapi bukan berarti orang lain tidak terlibat dalam proses terjadinya pembelian, bagaimanapun juga banyak orang yang akan terlibat dalam pengambilan keputusan untuk membeli. Dimana masing-masing orang yang terlibat dan mempunyai peranan sendiri-sendiri.
Berbagai faktor yang mempengaruhi keadaaan aktual konsumen menurun dibawah tingkat yang layak. Konsumen dapat mengalami kekurangan produk, seperti bensin atau pasta gigi. Sejumlah faktor lainnya yang mempengaruhi keadaan aktual konsumen adalah internal, seperti persepsi lapar, haus atau perlunya stimulasi. Stimulasi dari luar juga dapat menyebabkan keadaan yang terpengaruh negatif. Orang yang akan menerima kabar buruk atau berada didalam situasi yang tidak nyaman (misalnya, situasi social yang baru). Keadaaan konsumen yang diinginkan dipengaruhi oleh aspirasi dan lingkungan mereka. Mowen dan Minor,( 2011 :31)
Pada tahap permulaan, para pemasar dapat memperoleh suatu pengertian yang jelas mengenai konsumen, melalui pengalaman sehari-hari pada waktu menjual sesuatu kepada konsumen itu. Setelah perusahaan dan pasar semakin besar, hilanglah peluang para pembuat keputusan pemasaran untuk dapat berhubungan langsung dengan para pelanggan. Dalam tahap selanjutnya, para manajer itu berpaling pada kegiatan penelitian konsumen. Mereka mengeluarkan biaya yang lebih besar daripada apa yang pernah mereka belanjakan untuk mempelajari konsumen dalam upaya mempelajari: Siapakah pembeli itu? Bagaimana mereka membeli? Kapan mereka membeli? Dimana mereka membeli? Mengapa mereka membeli?. Kotler,( 2009 :73).
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut, terutama yang kepentingan umumnya adalah pemasaran, pendidikan, perlindungan konsumen dan kebijakan umum.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, Kotler & Armstrong, ( 2010 :79)  yaitu, budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Faktor-faktor ini memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya.
a. Faktor Budaya.
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku, mencakup budaya (kultur, sub budaya, dan kelas sosial). Budaya adalah susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota suatu masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya. Setiap perilaku konsumen dikendalikan oleh berbagai sistem nilai dan norma budaya yang berlaku pada suatu daerah, untuk itu perusahaan harus tahu produknya itu dipasarkan pada suatu daerah yang berkebudayaan bagaimana.
Sub budaya (sub culture) adalah sekelompok orang dengan sistem nilai bersama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Kotler & Armstrong, ( 2010: 79). Sub kebudayaan meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Bagian pemasaran harus merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Kelas sosial (social classes) adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi dan anggota-anggotanya memiliki nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama. Kotler & Armstrong, ( 2010 :80). Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor saja, misalnya pendapatan, tetapi ditentukan sebagai suatu kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan kesejahteraan.
b. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Kelompok acuan adalah kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap perilaku seseorang. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan anggota keluarga sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Sedangkan peran status seseorang yang Sberpartisipasi diberbagai kelompok akan membawa pada posisi tertentu. Setiap orang akan menjalankan peran tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya, sehingga dimungkinkan adanya perilaku yang berbeda dalam setiap peran. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Seseorang sering kali memilih produk yang menunjukkan status mereka dalam masyarakat.
c. Faktor pribadi.
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian. Usia berhubungan erat dengan perilaku dan selera seseorang, dengan bertambahnya usia seseorang diikuti pula dengan berubahnya selera terhadap produk begitu juga dengan faktor pekerjaan dan keadaan ekonominya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan sedangkan kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang.

d. Faktor Psikologis.
Faktor psikologis yang mempengaruhi pilihan pembelian yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan sikap. Motivasi adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak, sedangkan persepsi adalah proses bagaimana seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti. Pengetahuan atau pembelajaran diartikan sebagai perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal, sedangkan sikap diartikan sebagai evaluasi, perasaan, emosional, dan tindakan seseorang terhadap suatu objek atau gagasan.
Dalam perilaku konsumen yang dipengaruhi faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelian suatu produk khususnya dalam pengambilan keputusan. Para pembeli dipengaruhi oleh empat faktor tersebut meskipun pengaruhnya pada setiap konsumen berbeda-beda.
           Untuk itu dalam melakukan promosi, perusahaan harus mempertimbangkan keempat faktor tersebut. Strategi promosi yang dilakukan perusahaan akan menjadi lebih efektif dan efisien dalam mempengaruhi konsumen dengan mempertimbangkan perilaku konsumen yang menjadi sasaran produknya.
3.      Tahap-tahap Proses Pembelian
Tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan dalam sebuah model di bawah ini. Philip Kotler, ( 2010 :56) pada gambar 1.


Perilaku Setelah
pembelian

Keputusan
pembelian

Evaluasi
alternatif

Pencarian
informasi

Pengenalan
kebutuhan
 


Gambar 1. Model Lima Tahap Proses Membeli
Model ini mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima tahap dalam melakukan pembelian. Kelima tahap diatas tidak selalu terjadi, khususnya dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian. Para konsumen dapat melewati beberapa tahap dan urutannya tidak sesuai.
a. Pengenalan masalah
Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkanya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Misalnya kebutuhan orang normal adalah haus dan lapar akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi suatu dorongan berdasarkan pengalaman ynag sudah ada.
b. Pencarian informasi
Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari informasi tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah kegiatan mencari informasi meningkat tatkala konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah yang terbatas kepemecahan masalah yang maksimal.
c. Evaluasi alternatif
Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk merek dan keputusan untuk membeli.
d. Keputusan pembelian
Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan dibeli.
e. Perilaku setelah pembelian
Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya bila konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk membeli terhadap merek barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat. Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap suatu produk dengan cara membantu konsumen menemukan informasi yang membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-orang yang baru saja membeli produk.
 


2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar berstatus sebagai tesis (Soeratno Arsyad, 2010 :22).
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas maka dapat diajukan Hipotesisnya sebagai berikut:
Hipotesis tersebut baru dapat diuji kebenarannya lewat penganalisisan dan penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengangkat hipotesis yaitu diduga bahwa rasa dan kemasan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan volume penjualan.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1       Lokasi, Objek, dan Ruang Lingkup Penelitian
            Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja yaitu di wilayah seputar kota Grong-Grong,kabupaten pidie. Pertimbangan pemilihan lokasi adalah masyarakat wilayah seputar kota Grong-Grong,kabupaten pidie merupakan masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi arafit gunadila Grong-Grong dengan mempertimbangkan beberapa hal.
            Objek penelitian adalah wilayah seputar kota Grong-Grong dalam hal ini adalah masyarakat seputar kota Grong-Grong yang biasa mengkonsumsi arafit gunadila Grong-Grong untuk dilakukan wawancara dan diberikan kuesipner terutama dalam mengupulkan data-data yang diperlukan.
3.2       Populasi dan Sampel
3.2.1    populasi
populasi adalah kesuluruhan unsur yang menjadi objek penelitian, Arikunto. S, ( 2006 : 94). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang membeli arafit gunadila yang ada di seputaran kota Grong-Grong.

3.2.2        Sampel
Menurut Sudjana ( 2002 : 6), sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang hendak diteliti.
Untuk melakukan sebuah penelitian, tidak harus diteliti keseluruhan anggota populasi yang ada. Sampel adalah subset dari populasi atau beberapa anggota dari populasi yang diamati (Ferdinand, 2006).
Dengan meneliti sebagian populasi, diharapkan dapat memperoleh hasil yang dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan.

Teknik Penentuan Ukuran Sampe



                                                            n



n        =  jumlah sampel

Zα/ 2         =   nilai   yang   didapat   dari   tabel   normal   atas tingkat keyakinan
                                   e   = kesalahan penarikan sampel




Dalam penelitian ini tingkat keyakinan ditentukan 95%, maka nilai Zα/2 adalah 1,96 dan tingkat kesalahan penarikan sampel sebesar 10%, sehingga diperoleh besaran sampel :

n = (0,25)

n = 96,64

Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih responden agar dapat representative mewakili penelitian dengan menggunakan accidental sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono 2004). Pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 100 agar penelitian ini lebih fit. Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002)

0 Response to "Contoh Skripsi Jurusan Ekonomi"

Post a Comment