Makalah Kesehatan Dan Kesegeran Jasmani Pola Hidup Sehat


" Terima kasih sudah berkunjung ke blog sederhana ini dan sebagai ungkapan terima kasih, kami akan berikan 1 e-book mengenai usaha gratis untuk anda. Silahkan unduh disini atau disini "


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tapi tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa seperti itu. Perlu pembelajaran tingkah laku, pencegahan yang dimulai secara dini untuk mendapatkan hasil yang dituju oleh manusia.
Untuk menelusurinya diperlukan keterbukaan psikis manusia ataupun suatu penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang menderita gangguan jiwa.
Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat. Sehingga dapat berjalan menurut tujuan manusia itu diciptakan secara normal.
Terdapat empat rumusan kesehatan jiwa yang lazim dianut para ahli 1)Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psichose); 2)Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan tenpat ia hidup; 3)Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik); 4)Kesehatan adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa; 5)Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

1.2  Permasalahan
Sampai sejauh mana manusia digerogoti gangguan jiwa dan bagaimana manusia itu melakukan proses penanganan.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Kesehatan Mental
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.
Kesehatan mental merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang membutuhkan jawaban atas berbagai permasalahan yang melingkupinya.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial) (Mujib dan Mudzakir, 2001, 2003). Zakiah Daradjat (1985:10-14) mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian:
1.      Terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2.      Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
3.      Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan pada diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
4.      Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Seseorang dapat dikatakan sehat tidak cukup hanya dilihat dari segi fisik, psikologis, dan sosial saja, tetapi juga perlu dilihat dari segi spiritual atau agama. Inilah kemudian yang disebut Dadang Hawari sebagai empat dimensi sehat itu, yaitu: bio-psiko-sosial-spiritual. Jadi seseorang yang sehat mentalnya tidak cukup hanya terbatas pada pengertian terhindarnya dia dari gangguan dan penyakit jiwa baik neurosis maupun psikosis, melainkan patut pula dilihat sejauhmana seseorang itu mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu mengharmoniskan fungsi-fungsi jiwanya, sanggup mengatasi problema hidup termasuk kegelisahan dan konflik batin yang ada, serta sanggup mengaktualisasikan potensi dirinya untuk mencapai kebahagiaan.
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. (Noto Soedirdjo, 1980) menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memilki kesehatan mental adalah memilki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.
Atkinson menentukan kesehatan mental dengan kondisi normalitas kejiwaan, yaitu kondisi kesejahteraan emosional kejiwaan seseorang. Pengertian ini diasumsikan bahwa pada prinsipnya manusia itu dilahirkan dalam kondisi sehat. Atkinson lebih lanjut menyebutkan enam indikator normalitas kejiwaan seseorang.
Pertama, persepsi realita yang efisien. Individu cukup realistik dalam menilai kemampuannya dan dalam menginterpretasi terhadap dunia sekitarnya. Ia tidak terus menerus berpikir negatif terhadap orang lain, serta tidak berkelebihan dalam memuja diri sendiri.
Kedua, mengenali diri sendiri. Individu yang dapat menyesuaikan diri adalah individu yang memiliki kesadaran akan motif dan perasaannya sendiri, meskipun tak seorang pun yang benar-benar menyadari perilaku dan perasaannya sendiri.
Ketiga, kemampuan untuk mengendalikan perilaku secara sadar. Individu yang normal memiliki kepercayaan yang kuat akan kemampuannya, sehingga ia mampu mengendalikannya. Kondisi seperti itu tidak berarti menunjukkan bahwa individu tersebut bebas dari segala tindakan impulsif dan primitif, melainkan jika ia melakukannya maka ia menyadari dan berusaha menekan dorongan seksual dan agresifnya.  
            Keempat, harga diri dan penerimaan. Penyesuaian diri seseorang sangat ditentukan oleh penilaian terhadap harga diri sendiri dan merasa diterima oleh orang di sekitarnya. Ia merasa nyaman bersama orang lain dan mampu beradaptasi atau mereaksi secara spontan dalam segala situasi sosial.
Kelima, kemampuan untuk membentuk ikatan kasih. Individu yang normal dapat membentuk jalinan kasih yang erat serta mampu memuaskan orang lain. Ia peka terhadap perasaan orang lain dan tidak menuntut yang berlebihan kepada orang lain. Sebaliknya, individu yang abnormal terlalu mengurusi perlindungan diri sendiri (self-centered).
Keenam, produktivitas. Individu yang baik adalah individu yang menyadari kemampuannya dan dapat diarahkan pada aktivitas produktif.   
2.2.            Sejarah Tentang Kesehatan Mental
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relative mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku - tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Khusus untuk masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap kesehtan mental kurang terpikirkan. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut membawa dampak bahwa kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mesti mendapat pertolongan di bidang kesehatan mental. Oleh karena itu berikut disajikan sejarah mengenai perkembangan kesehatan mental, terutama di Amerika dan Eropa sebagai suatu referensi berbagai pandangan mengenai kesehatan mental yang saat ini ada di Indonesia.

2.3. Cara-Cara Mengatasi Masalah Gangguan Mental
1. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi gangguan mental adalah:
a.       Berusaha memahami hakikat manusia yang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dengan adanya kekurangan dan kelebihan yang dimiliki masing-masing manusia / individu, termasuk mamahami diri sendiri melalui cara introspeksi diri.
b.      Konsultasikan kepada orang yang dianggap bisa membantu menyelesaikan / mengatasi masalah.
c.       Mencurahkan isi hatinya kepada orang lain yang dipercaya
d.      Berpikiran positif
e.       Realistis
f.       Berusaha untuk menyesuaikan diri yang bisa dilakukan secara :
Alloplastics yaitu dengan mengubah sikap eprilaku diri sendiri agar sesuai dengan situasi dan kondisi lingkunga, jika diri sendiri tidak mempu mengubahnya.
2. Ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya maupun terhadap lingkungan dengan istilah stress. Hans Selye (1976) dalam “The Stress Life” menuliskan beberapa cara untuk mengatasi stress yaitu :
a.       Berusaha untuk rileks tenang dalam menghadapi tugas maupun masalah.
b.      Pelihara fisik seseorang dengan gizi yang memadai dan berolahraga yang teratur
c.       Penuhi kebutuhan rohani dengan berdoa, laksanakan ajaran dengan sebaik-baiknya sesuai dengan keyakinan.

3. Gangguan mental dapat diobati secara informal berupa partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan mental dan fisik secara keseluruhan dan didukung oleh filsafat / ideology tertentu mengenai bagaimana seseorang harus hidup.
                              
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Ciri-Ciri Mental yang Sehat
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi metal yang sehat
a. Internal
Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor keturunan juga cenderung memegang peran tehadap reaksi seseorang
b. Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri manusia dan dapat mempengaruhi mental.
2. Ciri-ciri mental sehat
a. Jujur (sidiq)
b. Terpercaya (amanah)
c. Adil
d. Konsisten (istiqomah)
e. Dapat bekerjasama
3. Pengaruh timbal balik antara kondisi mental dan fisik
Kita mengenal istilah dalam badan yang sehat terdapat mental yang sehat. Padahal seringkali terjadi hal yang sebaiknya, mental yang tidak sehat menyebabkan badan tidak sehat. Hal ini disebut psikomatis yaitu gangguan fisik yang disebabkan adanya gangguan mental.

2.5.       Teori-Teori Mental Yang Sehat
Manifestasi mental yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan Mittlemenn adalah sebagai berikut.
1.      Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai). Perasaan merasa aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, sosial, dan keluarganya.
2.      Adequate self-evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai), yang mencakup: (a) harga diri yang memadai, yaitu merasa ada nilai yang sebanding pada diri sendiri dan prestasinya, (b) memiliki perasaan berguna, yaitu perasaan yang secara moral masuk akal, dengan perasaan tidak diganggu oleh rasa bersalah yang berlebihan, dan mampu mengenal beberapa hal yang secara sosial dan personal tidak dapat diterima oleh kehendak umum yang selalu ada sepanjang kehidupan di masyarakat.
3.      Adequate spontaneity and emotionality (memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai, dengan orang lain), Hal ini ditandai oleh kemampuan membentuk ikatan emosional secara kuat dan abadi, seperti hubungan persahabatan dan cinta, kemampuan memberi ekspresi yang cukup pada ketidaksukaan tanpa kehilangan kontrol, kemampuan memahami dan membagi rasa kepada orang lain, kemampuan menyenangi diri sendiri dan tertawa setiap orang adalah tidak senang pada suatu saat, tetapi dia harus memiliki alasarn yang tepat.
Carl Rogers mengenalkan konsep Fully Functioning (pribadi yang berfungsi sepenuhnya) sebagai bentuk kondisi mental yang sehati (Schultz, 1991). Secara singkat fully functioning person ditandai (1) terbuka terhadap pengalaman; (2) ada kehidupanpada dirinya; (3) kepercyaan kepada organismenya; (4) kebebasan berpengalaman; dan (5) kreativitas.
Golden Allport (1950) menyebut mental yang sehat dengan maturtity personality. Dikatakan bahwa untuk mencapai kondisi yang matang itu melalui proses hidup yang disebutnya dengan proses becoming. Orang yang matang jika: (1) memiliki kepekaan pada diri secara luas; (2) hangat dalam berhubungan dengan orang lain: (3) keamanan emosional atau penerimaan diri; (4) persepsi yang realistik, keterampilan dan pekerjaan; (5) mampu menilai diri secara objektif dan memahami humor dan (6) menyatunya filosofi hidup.
D.S. Wright dan A Taylor mengemukakan tanda-tanda orang yang sehat mentalnya adalah: (1) bahagia (happiness), dan terhindar dari ketidakbahagiaan: (2) efisien dalam menerapkan dorongannya ntuk kepuasan kebutuhannya: (3) kurang dari kecemasan; (4) kurang dari rasa berdosa (rasa berdosa merupakan refleks dari kebutuhan self-punishment): (5) matang, sejalan dengan perkembangan yang sewajarnya; (6) mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya: (7) memiliki otonomi dan harga diri: (8) mampu membangun hubungan emosional dengan orang lain; dan (9) dapat melakukan kontak dengan realitas (Thompson dan Mathias, 1994)

2.5. Jenis-Jenis Mental Yang Tidak Sehat
Gangguan mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior), yang juga dianggap sama dengan sakit mental (mental illness), sakit jiwa (insanity, lunacy, madness). Dari pengertian ini, orang yang menunjukkan kurang sehat mentalnya maka dimasukkan sebagai orang yang mengalami gangguan mental.
Menurut S.Scott (dalam Notosoedirdjo, 2001:43) mengelompokkan enam macam kriteria untuk menentukan seseorang mengalami gangguan mental yaitu:
1) orang memperoleh pengobatan psikiatris,
2) salah penyesuaian sosial,
3) hasil diagnosis psikiatris,
4) ketidakbahagiaan subjektif,
5) adanya simptom psikologis secara objektif, dan
6) kegagalan adaptasi secara positif.
Sedangkan Kartini Kartono (2000:5), menyatakan bahwa sakit mental merupakan bentuk gangguan pada ketenangan batin dan ketentraman hati. Penyakit mental ditandai dengan fenomena ketakutan, pahit hati, hambar hati, apatis, cemburu, iri hati, dengki, kemarahan yang eksplosif, ketegangan batin yang kronis.
Berikut ini diuraikan beberapa jenis penyakit mental/gangguan mental yang setidaknya dikatagorikan menjadi 4 (empat) jenis: 1. Gangguan organik otak Jenis gangguan ini adalah akibat langsung dari fisik (seluruh tubuh) perubahan dan penyakit yang mempengaruhi otak. Hal ini menyebabkan perubahan untuk beberapa derajat kebingungan dan delusi selain kecemasan dan kemarahan.
Beberapa penyakit ini meliputi: Pertama: penyakit degeneratif meliputi:
1.      Huntington: penyakit-penyakit genetik yang terdiri dari gerakan abnormal, demensia, dan masalah psikologis.
2.      Multiple Sclerosis: gangguan sistem kekebalan tubuh yang mempengaruhi sistem saraf pusat (otak & saraf tulang belakang).
3.      Pikun.
4.      Parkinson: gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Kedua: kardiovaskular, yakni gangguan berhubungan dengan jantung, stroke, dan gangguan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Ketiga: trauma diinduksi, berhubungan dengan cedera otak, perdarahan dan gegar otak. Keempat: intoksikasi, yakni terkait ketergantungan obat-obatan dan alkohol.












BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
 Kesehatan merupakan dasar untuk meningkatkan kesegaran jasmani seseorang dalam berpola hidup sehat.
Kesehatan bukanlah semata-mata keadaan bebas dari penyakit, cacat/kelemahan yang merupakan hak bagi setiap orang adalah hidup sehat secara badaniah, sosial, dan rohani.















DAFTAR PUSTAKA

Ladi, Jani, dkk. 2006. Program Ko-Kurikuler : latihan Kesegaran Jasmani, Baris Berbaris, Tata Upacara Sipil, dan Ceramah tentang Kesehatan Mental. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Yusuf, Syamsu. 2004. Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.


0 Response to "Makalah Kesehatan Dan Kesegeran Jasmani Pola Hidup Sehat"

Post a Comment